Sebelum kita membahas mengenai cara menjadi influencer kebaikan, saya jadi teringat entah sudah berapa kali saya mengganti domain blog ini. Sebenarnya, ini adalah blog saya yang tertua, kamu bahkan bisa menemukan arsip tulisan lama saya di sini–yang tentu saja masih sangat belepotan. Hanya saja pada akhirnya saya memutuskan untuk pindah plaftorm dari blogger/blogspot ke WordPress self-hosted untuk blog ini. Jangan tanya kenapa, itu bukanlah hal yang teramat penting kok.
Ngomong-ngomong, saya kembali teringat dengan niat pertama saya belajar menulis. Kala itu saya masih SMA, sebagaimana anak SMA kebanyakan, pikiran saya belum dikuasai oleh hal-hal berbau “realis” terutama tentang bagaimana mencari uang untuk hidup. Yah, namanya juga anak yang masih numpang hidup dan suka menadahkan tangan pada orang tua.
Saya menanamkan azam bahwa saya harus pintar menulis agar bisa menyebarkan kebaikan pada orang banyak. Dalam bahasa kekiniannya, saya pengen jadi influencer kebaikan gitu. Namun hari demi hari berlalu, kemampuan menulis saya semakin baik. Alhamdulillah, berbagai prestasi mulai diraih. Tapi terkadang itu terasa kering, sebab saya menulis untuk uang. Yah, meskipun itu bukan suatu “aib” tapi di satu sisi saya malu pada diri sendiri.
“Tunggu. Tunggu. Jadi ini ceritanya mau curhat?”
Bukan bukan, maaf banget nih, memang udah lama gak curhat lepas di blog. Tapi 3 paragraf pengantar di atas masih berkaitan dengan tema kita kan, yaitu tentang cara menjadi influencer kebaikan.
Ambisi Generasi Kemajuan Menjadi Influencer Jejaring Sosialan
Kamu mungkin bertanya-tanya, seberapa penting sih menjadi seorang influencer itu? Tapi tunggu dulu, mungkin kita perlu menyepakati tentang apa definisi dari influencer ini. Sederhananya, influencer adalah seseorang yang dapat memberikan pengaruh pada orang lain. Seorang influencer biasanya memiliki banyak teman atau pengikutnya.
Influencer sejatinya tidak hanya ada di media sosial, tetapi juga di dunia nyata–yang jumlahnya jauh lebih banyak. Hanya saja, semakin ke sini istilah influencer menjadi sempit untuk orang-orang yang memiliki banyak teman atau pengikut di media sosial. Nah, terkait berapa standar teman atau pengikut untuk menjadi influencer itu sebenarnya tidak jelas, tapi paling tidak ada ribuan atau puluhan ribu orang dalam jaringan kita.
Nah, “profesi” influencer ini makin hari makin diminati oleh generasi kemajuan. Bagaimana tidak, mereka bisa menghasilkan uang hingga jutaan rupiah per hari dengan hanya duduk di rumah–plus sesekali ke luar rumah menghadiri agenda atau perilisan produk dan sebagainya. Maka tak heran kalau banyak dari generasi muda berambisi untuk menjadi influencer.
Jika kamu tak percaya, coba lah sesekali melihat topik yang sedang tren di media sosial seperti Twitter, ketika kamu mengecek pembaharuan di topik itu, kamu akan dengan mudah menemukan segitu banyak foto-foto pengguna yang dipublikasikan di bawah tren tersebut–bahasa kasarnya “nampang”. Pengguna perempuan, maaf, bahkan rela mengurangi bahan baju atau pakaiannya agar bisa memperoleh banyak pengikut di Instagram ataupun Twitter. Belum lagi pemain YouTube yang suka membuat konten kejahilan (prank) yang unfaedah sampai yang vulgar.
Alhasil, jejaring sosial kita dipenuhi oleh konten yang boro-boro mendidik tetapi malah membuat dosa dan bisa merusak hati yang telah lama dijaga–hei, jangan lupakan golongan buzzer politik yang kerap perang opini.
Padahal seorang influencer punya kekuatan dan potensi untuk mengajak orang-orang pada kebaikan, tentu saja dengan menjadi influencer kebaikan. Terutama bagi kamu yang masih berstatus mahasiswa saat sekarang ini, ini wajib dilakukan menimbang fungsi mahasiswa yang sebagai moral force dan agent of change.
Cara Menjadi Influencer Kebaikan di Zaman Kekinian
Omong-omong, kalau boleh tahu berapa pengikutmu di media sosial sekarang? Mungkin ada yang masih puluhan, ratusan, ribuan bahkan puluhan ribu dan seterusnya. Nah, dengan jumlah pengikut yang segitu, konten apa saja yang sudah pernah kamu suguhkan kepada mereka?
Setiap kita sebenarnya punya potensi untuk menjadi influencer kebaikan, namun mungkin kita perlu menemukan cara-caranya. Oleh karena itu, saya mencoba merumuskan beberapa cara di bawah ini. Semoga bisa diaplikasikan bersama ya.
#1 Berusaha membuat konten yang bermanfaat
Terlalu banyak konten yang tidak baik di medsos kita saat ini, sehingga akan sangat baik jika kita menyumbangkan konten yang baik dan bermanfaat. Memang sih yang suka konten bermanfaat itu tak banyak, tapi paling tidak kita sudah memberikan secercah cahaya pada orang-orang yang telah mempercayakan akun kita sebagai salah satu akun yang diikuti mereka.
#2 Tidak membiasakan diri menggunakan kata yang tak baik
Saya suka heran, kenapa orang-orang di medsos itu gemar mengatakan kata-kata unfaedah seperti “anjing” dan turunannya seperti “wanjir”, “anjirrr”, “anjayyy”. Apakah agar terlihat keren? Oke, mungkin bagi sebagian orang itu keren, tapi keren itu relatif.
Jika kamu adalah pengguna medsos, usahakan untuk menggunakan kata-kata yang baik saja. Pilihan diksi yang kamu gunakan dalam membuat konten sebenarnya menggambarkan kepribadianmu lho. Ya, manatahu nanti ada calon jodohmu yang kepoin akun medsosmu tapi menemukan kata-kata tak baik bertebaran. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Oh, mungkin saja dia akan merasa ilfil (hilang feeling) atau sesuatu lainnya.
#3 Bijak berinteraksi dengan jaringan di medsos
Dalam dunia permedia sosialan ada istilah engagement, istilah ini merujuk kepada seberapa banyak interaksi yang bisa dicapai oleh akun medsos kamu. Jumlah pengikut yang banyak tak ada gunanya jika interaksi yang terjadi sangat rendah. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk membangun interaksi dengan pengikut, teman atau koneksimu.
Hanya saja, kita perlu bijak berinteraksi karena sekarang jempol dan mulut sama tajamnya. Selain itu, ada aturan-aturan yang bisa saja membuatmu dijebloskan ke penjara atas keteledoran atau ketakbijakanmu menggunakan media sosial.
#4 Berikan teladan yang baik
Sebagaimana yang saya katakan tadi, influencer itu punya daya untuk mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, tindak-tanduk influencer dapat dengan mudah diamini dan diikuti oleh penggemar mereka. Maka dari itu usahakanlah untuk memberikan teladan yang baik pada jaringanmu. Bikin story yang baik, postingan yang baik, bagikan hanya yang baik-baik saja.
Baca juga : 6 Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Kamu Mudah Stres dan Depresi
#5 Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya
Cara menjadi influencer kebaikan terakhir adalah menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Bahasa lainnya adalah informasi hoax. Hoax tidak hanya dapat menyesatkan diri sendiri tapi juga orang lain. Bahkan jika hoax itu berkaitan dengan kesehatan, mengerjakannya bisa membahayakan diri dan lingkungan kita.
Cara agar tidak terjebak oleh hoax adalah melakukan cek dan ricek suatu informasi sebelum mempercayai dan menyebarkannya. Selain itu waspada dengan sumber-sumber info hoax, salah satunya adalah grup WhatsApp keluarga. Eh.
Nah, itulah sedikit ulasan saya mengenai cara menjadi influencer kebaikan dengan harapan ini menjadi tamparan bagi diri saya sendiri dan menjadi pengingat untuk teman-teman semua. Memang dunia saat sekarang ini terus berkembang, tapi jangan sampai perkembangan zaman justru menanggalkan budi pekerti luhur dari diri kita. Tetaplah menjadi orang baik di mana pun kita berada, karena satu kebaikan akan mengajak serta kebaikan-kebaikan lainnya. Terima kasih sudah membaca.
noted nih.
seorang influencer ibarat tokoh publik, kalau ada berita “negatif”, image otomatis akan jadi jelek juga dan kudu pinter bawa diri juga sepertinya