Sepagi ini saya mencoba menulis ocehan yang entah penting atau tidak, tapi itu enaknya kalau kita punya ruang (dalam hal ini blog pribadi), kita bisa bebas mengekspresikan apapun–terserah deh mau laku atau gak. Paling gak masih ada satu dua orang yang tersesat membaca ke sini.
Dan, sebagian besar orang yang tahu mengenai studi saya hari ini bakal mengira saya salah jurusan. Banyak yang nanya dengan pertanyaan yang sama, hanya diksi dan polanya saja yang berbeda, kira-kira begini:
“Ooo, jadi kamu lanjut kuliah ya?” tanya mereka.
“Iya, alhamdulillah dapat beasiswa.” jawab saya.
“Sudah dapat gelar master dong?”
“Hmm,… gak pakai ambil gelar master”
“Terus gimana?”
(Kemudian saya jelaskan begini dan begitu tentang alur studi PMDSU)
“Terus S3 nya jurusan apa?”
“Ilmu pertanian” jawab saya.
“S2 nya dulu apa memangnya?”
“Teknik mesin”
“Kalau S1 nya?”
“Teknik mesin juga”
“Kok S3 nya pertanian?”
“Iya, ini multidisiplin kok, kalau serumpun bisa masuk… (dan bla bla bla penjelasan lainnya)”
Dan pertanyaan penutup yang biasa saya dapatkan adalah:
“Kalau sudah tamat jadi dosen kan ya? Ngajarnya pertanian dong?”
Saya mengangguk.
Tembok Besar Bernama Linieritas
Ketika waktu-waktu senggang, saya dan teman-teman biasanya sering tukar pikiran (kalau gak bisa disebut curhat) masalah studi kami. Salah satu yang sering menjadi kekhawatiran adalah fenomena salah jurusan kami ini. Pasalnya, aturan terkini mengatakan agar bisa jadi pegawai yang baik (jabatan dan golongan yang baik), jalur studi yang ditempuh mesti linear. Sementara yang gak linier macam saya ini bakal susah naiknya. Ujung-ujungnya susah jadi profesor.
Cukup gamang sih ya, soalnya selepas tamat mesti ngabdi ngajar selama 5 tahun sebagai pengajar non PNS. Kalau mau PNS ya tes masuk dulu. Kalau pun sudah lulus jadi PNS nanti macam mana karirku. Dan sebagainya. Dan sebagainya.
Pernah sih kepikiran untuk pindah jurusan, tapi urusan pindah-pindahan ini tentu gak gampang. Kami harus berhadapan dengan raksasa bernama birokrasi yang bisa saja mengancam beasiswa kami. Kalau beasiswanya dicabut, ntahlah besok mau makan apa.
Berbicara Esensi
Sebenarnya saya pribadi sih gak terlalu masalah, mau besok gak jadi PNS pun, saya percaya Tuhan sudah menentukan besaran rizki setiap hamba-Nya. Seorang doktor tentu tidak hanya terbatas menjadi pengajar saja, masih bisa jadi peneliti kok. Gak kepake di dalam negeri? Ya pergi ke luar negeri.
Beberapa tahun ke depan ke luar negeri rasanya bukanlah hal yang “wah” lagi, udah biasa dan udah gampang karena mulainya dibuka “kebebasan ekonomi lokal”–saya gak tahu istilah anak ekonominya, sebut saja begitu. Nah kalaupun susah kerja kan masih bisa berwirausaha atau membangun LSM dan sebagainya.
Ketika kamu akan atau sedang menempuh studi lanjut, hal yang lebih esensial untuk dipikirkan saat ini adalah bagaimana kamu bisa menjadi orang yang berilmu dan bisa menggunakannya dengan semestinya. Ketimbang memikirkan bagaimana pekerjaanmu kelak.
Eh, ini bukan hukum macam Newton I, II, III yang sudah gak bisa diganggu gugat lho ya. Ini hanya opini saya saja. Tapi meskipun begitu, sebelum memutuskan lanjut studi kamu harus memikirkan lebih dahulu tujuan yang ingin kamu capai setelahnya, sehingga kamu tidak akan salah pilih jurusan setelahnya.
Usahakan jurusanmu linier dengan studi sebelumnya. Kalau pun masih
cross-job macam saya ini, pastikan itu sudah merupakan hasil pemikiran yang matang. Ada kok yang S1-nya dulu MIPA, tapi pas S2 dia ambil politik–mungkin dia pengen jadi politikus. Ada juga yang S1-nya teknik, tapi pas S2 dan S3 ambilnya ekonomi–mungkin dia pelaku bisnis.
Well, itu adalah pilihan kamu.
Baca juga : Tips Mendapatkan IPK Tinggi Saat Kuliah
Oh Ya, Tentang Jurusan Pertanian
Gak afdol rasanya saat saya sudah menyinggung pertanian sebelumnya tapi gak dibahas lebih lanjut. Jadi izinkan saya menuliskan ini sedikit ya. Intinya saya senang kuliah di Ilmu Pertanian.
Karena ini multidisiplin, jadi saya gak belajar atau meneliti di bidang pertanian semata. Masih dominan ilmu material teknik-nya teknik mesin kok, di samping itu juga ada aspek kimianya. Tentu dalam kaver ilmu pertanian yang dalam hal ini Teknologi Hasil Pertanian.
Pada kesudahannya, tak ada jurusan yang tidak bagus. Semuanya bagus. Yang ada hanya cocok atau tidak cocok. Nah, biar kamu gak salah jurusan, pastikan kamu mempertimbangkan kecocokan itu.
tapi biasanya banyak juga orang yang salah jurusan setelah keluar dalam dunia kuliah malah lebih sukses daripada yang tidak salah jurusan…