Saya tidak akan memaksamu untuk meyakini bahwa apa yang kita lalui dalam kehidupan ini akan mampu mengubah indikator dan parameter kita dalam memilih. Sebagaimana saya tidak akan memaksamu, saya juga tidak akan memberikan contoh yang detail,… karena barangkali kamu sudah punya pengalaman yang cukup untuk membuktikan itu semua.

Nyaris tidak ada orang yang tidak berubah seiring perjalanan waktu. Maksudku bukan perubahan penampilan fisiknya. Bukan kamu yang dulu kumal tapi sekarang bikin orang lain pangling. Tapi lebih pada kamu yang dulu childish tapi sekarang saking dewasa dan bijaknya sering jadi sasaran “tong sampah” orang lain. Artinya, masa mengubahmu menjadi kamu yang baru; kamu tak lagi sama.

So, tidak ada yang spesial kalau ada temanmu bilang: “Kamu udah berubah ya,…”

…baik dengan nada takjub, kecewa, bahagia, sedih atau apapun.

Perubahanmu itu adalah hasil rangkai dari semua mozaik dan segmentasi kehidupanmu menjadi sebuah puzzle yang mau tidak mau harus diterima orang-orang yang ada di sekitarmu…

Jangan Takut Untuk Berubah

Sebagian orang di dunia ini berani untuk mengambil langkah dalam berubah, tapi sebagian yang lain tidak. Tapi kedua bagian tadi dihadapkan pada resiko yang sama, cuma bedanya yang satu menghadapinya sementara yang satu lagi mendiamkannya–mereka bahkan mau berlama-lama menunggu seakan resiko itu akan hilang seiring perjalanan waktu tapi nyatanya tidak akan pernah.

Satu hal yang paling kita takuti dalam perubahan kita barangkali adalah “apakah orang lain akan suka atau tidak dengan perubahan itu“, kita takut kalau kita berubah kemudian ada orang yang dulunya dekat kemudian menjadi jauh. Mungkin sahabat kita, teman-teman kita, tetangga kita atau bahkan kucing yang kita pelihara. Dan, saking takutnya kita sampai lupa kemungkinan sebaliknya bahwa perubahan kita juga dapat membuat orang yang dulunya jauh menjadi dekat. Tapi, hei, coba pahami bahwa,…

…. perubahan itu bukan riak, tapi gelombang!

Kita takut dengan gelombang, padahal nyatanya kita butuh gelombang untuk melakukan hal-hal besar yang tidak bisa riak lakukan. Mendorong kapal. Menggeser batang kayu. Memutar kincir. Dan sebagainya.

Dan karena hidup kita ini dinamis, kita tidak bisa berdiam diri di suatu kondisi. Bergeraklah. Jangan takut untuk berubah.

Jangan Takut Menjadi Berbeda

Dari banyak orang yang sudah berhasil melakukan langkah awal perubahannya, sebagiannya bisa komitmen dan konsisten (baca: istiqamah) sementara yang lainnya tak kuat sehingga kembali.

Yang kuat niatnya tetap melaju dan abai dengan badai yang menerpa. Pun ia berjalan pada pematang kecil yang tak banyak orang melaluinya. Pun tak banyak kawan yang menemaninya di jalanan yang nyata senyata-nyatanya dipenuhi dengan onak dan duri. Ia tidak terlalu ambil pusing dengan pandangan sebagian orang, karena menjadi berbeda akan membuat ia lebih mudah untuk menjadi berarti,… ketimbang menjadi salah satu di antara rombongan di jalanan yang ramai.

Sementara yang kembali, adalah mereka yang tak menemukan arti. Atau yang merasa perubahan mereka tidak memberikan apa-apa. Pula  yang membatasi visinya, sehingga hanya dapat memandang sampai persimpangan tertentu saja. Mereka punya kendala dalam meyakini tujuannya.

Perbedaan keduanya hanya persoalan yakin. Karena kunci agar istiqamah dalam perubahan itu adalah keyakinan, yakin bahwa tindakan yang kita ambil adalah tindakan yang akan berakhir baik pada kesudahannya. Dengan demikian, menjadi berbeda dari orang kebanyakan, menghadapi ribuan tantangan, tidak disukai oleh banyak orang dan sebagainya bukan lagi persoalan.

Karena keyakinan menghadirkan keberanian untuk menghalau rasa takut 🙂

Baca juga : Ciri Anak Muda yang Akan Jadi Orang Hebat di Masa Depan

Hijrah: Perubahan dan Pilihan

Dan ini adalah bagian akhir dari tulisan yang (cukup) memusingkan ini. Mungkin kita sudah tidak jarang lagi mendengar istilah satu ini. Diserap dari bahasa Arab, tanahnya para nabi. Orang-orang menyebutnya “hijrah“.
Kalau kita kaji secara etimologi, dan kita lihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hijrah” ini dapat diartikan sebagai kegiatan berpindah secara temporal atau sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ia adalah sebuah kata kerja. Tapi penekanan khusus pada kata yang terkesan islamis ini adalah perpindahan tersebut dilakukan untuk mencari sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Jadi, daripada ribet-ribet, tentu kita bisa bersekapat bahwa hijrah yang dibawakan pada diri sendiri berarti berpindah menjadi pribadi yang lebih baik. (Disepakati saja ya)
Namun sayangnya, melaksanakan hijrah tidak semudah mengetahui arti katanya. Karena hijrah bukanlah kata benda, melainkan kata kerja. Sehingga untuk menempuhnya, kita harus bekerja.

Bekerja memulai kebiasaan-kebiasaan baik.
Bekerja menjauhi kebiasan buruk.
Bekerja mengumpulkan ilmu-ilmu bermanfaat.
Bekerja mengurangi waktu-waktu yang percuma.
Hinga, bekerja melupakan masa lalu.

Karena hijrah bukan hanya soal berubah, tapi juga tentang pilihan. Pilihan menuju hal yang lebih baik. Saat kita memutuskan untuk hijrah, maka secara maknawi kita telah beralih, beralih pada diri kita yang baru. Meninggalkan masa lalu kita yang entah seburuk apa. Mendekatkan diri kepada Tuhan dan bertekad tidak pernah lagi melakukan kesalahan yang sama.

Sehingga pada suatu hari, tatkala umur hijrah kita sudah matang. Ia akan merubah seluruh hidup kita. Bahkan juga orang-orang di sekitar kita. Ia juga akan menentukan masa depan kita, dan persepektif kita dalam menilai segala sesuatu.[]

error: Konten dilindungi