Akhir semester ini saya benar-benar sibuk. Pertama, karena beban akademis mencapai klimaks saat harus menyelesaikan laporan ini dan laporan itu. Kuliah ini dan kuliah itu. Ditambah ada satu proyek website yang alhamdulillah saya dapatkan di penghujung tahun, berkat seorang teman yang luar biasa. Alhasil, kesibukan saya itu membuat saya “melarikan” diri dari hobi yang suka saya tekuni, yaitu menulis di beberapa blog yang saya miliki.

Alhamdulillah kali ini sudah lumayan senggang, karenanya saya bisa menulis lagi di blog ini, dan kali ini saya tidak ingin curhat soal akademis–ambil cuti agak sehari tanpa memikirkan itu benar-benar sangat membantu. Kali ini saya ingin bercerita mengenai hobi…

Pernahkah kamu merasa membuang-buang uang karena hobi?

Saya pernah, sering malah. Selain hobi menulis, saya juga hobi blogging dan iseng-iseng bangun blog atau website yang kolaps karena tidak terurus pada akhirnya. Selama tahun 2016, ada beberapa blog yang saya buat dengan menghabiskan uang ratusan ribu.

Bagi teman-teman yang barangkali pernah melihat pembaharuan saya di linimasa Facebook atau media sosial lainnya, barangkali pernah lihat atau pernah berkunjung ke salah satu, salah dua atau beberapa blog saya yang lain. Di akhir 2015 dulu saya pernah membeli domain yang saya niatkan untuk membuat sebuah blog dakwah, domainnya itu sharedakwah(dot)com yang sekarang sudah expired, awal bikinnya itu menggebu-gebu banget. Saya sudah menulis 30 tulisan di sana, tapi akhir Desember lalu saya memutuskan untuk tidak melanjutkannya menimbang kesibukan dan resolusi lainnya.

Tidak hanya sharedakwah, di lain kesempatan (tepatnya Februari 2016) saya membeli sebuah layanan hosting lengkap dengan domainnya yang saya beri nama ilmukata(dot)com dengan niatan ingin berbagi pengetahuan seputar kepenulisan di sana, tapi pada akhirnya saya justru lebih disibukkan memberikan pelatihan kepenulisan offline di Forum Lingkar Pena Sumatera Barat. Alhasil si blog–itu blog pertama saya yang self-hosted lho!–terbengkalai juga.

Masih belum jera, pada sekitaran September-Oktober, saya ada sedikit rezeki (saat itu benar-benar sedang kere, tabungan habis, hutang banyak), bukannya ditabung uangnya itu malah saya belikan domain lagi. Itu lho, domain yang sama namakan pelajar(dot)me. Awalnya saya buat blog itu sebagai niatan untuk migrasi tulisan-tulisan bertemakan pelajar dan mahasiswa dari blog ini ke blog khusus dengan niche yang sama. Dan blog ini benar-benar ingin saya jadikan blog pribadi yang isinya pikiran-pikiran saya.

Beberapa bulan berjalan, pelajar(dot)me mulai banyak pengunjung. Kemudian, bulan November 2017, iman saya tergoda dengan promo Black Friday dari sebuah penyedia layanan hosting. Alhasil saya belilah hosting lengkap dengan domainnya, dan beberapa waktu setelahnya saya migrasikan pelajar(dot)me ke wordpress self-hosted dan sekarang pun sudah expired. Ada satu domain lagi yang baru saya garap tapi baru 3 artikel sudah gak sempat lagi, malu mau nyebutin domainnya apa. Rahasia aja kali ya.

Berapa uang yang habis?

Kemudian muncul lah pertanyaan, berapa uang yang habis. Selama tahun 2016 ini setidaknya saya sudah menghabiskan sekitar 700rb – 1juta rubiah hanya untuk ngeblog, ditambah memperpanjang domain blog ini dan iseng-iseng belajar iklan Facebook, di luar itu masih ada kerugian karena error saat belajar jualan online dan biaya registrasinya yang ratusan ribu pula. Ya Tuhan, banyak juga ya. *istighfar* *nangis*
Masih belum jera, akhir tahun 2016 lalu, saya malah beli 2 domain lagi. Yang satu sih untuk project coba-coba, pengen belajar sesuatu. Nama domainnya andalasian(dot)id, ini yang akan saya garap selama liburan semester ini. Dan satu lagi domain khusus untuk belajar bisnis online sembari memperdalam ilmu saya dalam dunia per-media-an.

Uang Masuk dan Uang Keluar

Saat banyak uang keluar, tentu hendaknya harus diimbangi dengan uang masuk–meskipun pada akhirnya impas atau tetap masih nombok *hehe*. Satu proyek akhir tahun kemarin setidaknya bisa menombok pengeluaran saya selama tahun 2016 dalam hal belajar bloging dan media ini. Yah, meskipun tidak ada lebihnya. Sebagiannya saya pakai lagi untuk beli yang baru, hitung-hitung belajar bikin blog lagi–dan mudah-mudahan bisa konsisten ngurusin.

Baca juga : Mencari jati diri sesungguhnya

Mahalnya Pengalaman

Benar belaka, pengalaman itu memang benar mahalnya. Pada satu kondisi kadang kala kita suka khilaf (istilah kerennya menghabiskan uang demi hobi) dengan hobi yang kita punya. Tapi ke-khilaf-an itu tidak selamanya buruk, setidaknya ada pengalaman yang bisa diambil. Pengalaman paling pahitnya itu pas nyadar uang habis dan akhirnya berhemat dengan miris. Tapi ya,… tapi,… kadang kita tidak perlu menemukan alasan yang rumit untuk membelanjakan uang demi hobi atau kegemaran yang kita punya, alasan “suka” saja sebenarnya sudah cukup.
Pada akhirnya saya benar-benar belajar banyak, tahun 2016 sudah berlalu dengan hal-hal yang barangkali mereka tidak suka juga dibilang sia-sia. Pasti ada hikmahnya kan ya. Dan tulisan ini menjadi tulisan pertama saya di tahun 2017 ini.
Kamu sendiri, pernah khilaf tidak? Maksudnya menghabiskan uang demi hobi? Setidaknya untuk tahun 2017 ini semoga kita bisa berpikir lebih panjang untuk pada akhirnya memutuskan untuk khilaf *hehe*. Salam.
error: Konten dilindungi