Bergulirnya waktu seiring dengan bertambah sadarnya masyarakat dengan pentingnya pendidikan. Jika kita mengingat dulu, tidak banyak yang antusias untuk mengejar gelar sarjana, kebanyakan orang merasa cukup dengan ijazah SMA saja. Tapi kalau sekarang? Bahkan ijazah sarjana saja tidak cukup, kamu harus punya yang lebih agar memiliki added value. Terlebih setelah MEA resmi dibuka, ijazah S1 sudah menjadi hal yang biasa. Oleh karenanya, kamu harus mengikuti program pascasarjana dan, beruntungnya, untuk lanjut kuliah sekarang bukan hal yang sulit. Ada banyak sekali beasiswa dan kali ini kita akan membahas mengenai 7 cara mendapatkan beasiswa yang efektif!

Di mana ada kemauan di situ ada jalan

Pepatah klasik ini akan terus relevan sepanjang zaman. Ketika kamu menginginkan sesuatu, yakinlah setiap ada kemauan akan ada jalan, yang perlu kamu lakukan hanya menemukan jalannya. Dan lagi, kita tambah satu pribahasa lagi ya, banyak jalan menuju Roma. Opsi jalan yang kamu tempuh tidak hanya satu saja, melainkan banyak dan kamu dapat memilihnya. Tapi,…

…. pastikan jalanmu itu adalah jalan terbaik dan kamu tidak akan menyesalinya di kemudian hari.

Bagi kamu yang ingin melanjutkan kuliah ke S2 atau pun S3 sekarang jalannya sudah terbuka lebar, ada banyak beasiswa yang bisa kamu apply. Saya sudah pernah menulisnya dalam artikel-artikel sebelumnya, kamu bisa cek di tautan-tautan di bawah ini:

Tentu saja mendapatkan informasi beasiswa saja belum cukup, kamu harus mengetahui cara mendapatkan beasiswa yang efektif agar aplikasimu bisa diterima.

Cara mendapatkan beasiswa yang efektif

Kita tidak akan membahas mengenai apa-apa saja syarat yang diajukan oleh pengelola beasiswa, melainkan beberapa poin penting yang memang harus menjadi perhatian dan pertimbangan para pemburu beasiswa. Setidaknya cara yang akan bagikan bisa kita rangkum menjadi 7 poin seperti berikut:

#1 Pandai mengukur bayang-bayang

Well, tips mendapatkan beasiswa yang pertama adalah pandai mengukur bayang-bayang. Ini pribahasa ketiga kita hari ini, hehe. Pandai mengukur bayang-bayang maksudnya pandai menilai kapasitas diri.

Hal pertama yang perlu kamu lakukan sebagai “pemburu beasiswa” adalah mengukur kemampuan berburumu. Apa alat berburu yang kamu pakai sekarang. Apakah panahan, senapan atau lainnya. Daya tembus panahan tentu tidak sebagus daya tembus senapan.

Pengukuran ini bisa meliputi kemampuan bahasa, IPK, soft skill dan lainnya. Jika menurutmu masih ada yang kurang, mari tingkatkan lebih dahulu. Jangan terburu-buru dalam berburu. Seorang pemburu yang baik tentu harus memikirkan semuanya dengan matang. So, selagi masih ada waktu lakukanlah persiapan. Tak jarang ada orang yang mengkhususkan waktu setahun dan dua tahun untuk belajar hingga ia benar-benar siap dan percaya diri.

#2 Memetakan peluang beasiswa

Setiap beasiswa memiliki karakteristik masing-masing. Bisa jadi tidak semua beasiswa yang cocok denganmu. Setelah mengumpulkan beberapa informasi kamu perlu untuk memetakannya. Lantas, apa saja bagian pemetaan itu?

Beberapa poin di bawah ini perlu kamu petakan:

  • Siapa donaturnya
  • Kapan dibukanya
  • Bagaimana kriteria/syarat beasiswanya
  • Kemana saja tujuan beasiswanya
  • Berapa kuota penerimaan setiap periodenya
  • Apa saja biaya yang ditanggung

Sejauh ini ada dua pengelola beasiswa dari dalam negeri, mereka adalah Kemendikbud/Kemenristek DIKTI dan Kemenkeu. Bocorannya, untuk beasiswa yang dari Kemendikbud/Kemenristek DIKTI harus melalui kampus atau dengan persetujuan pengajar kampus. Untuk beasiswa dari Kemenkeu tidak melalui kampus secara langsung, pendaftar bisa mendaftar dengan mandiri.

Kemudian, mana yang lebih baik dari kedua itu?

Tergantung. Ya, tergantung. Tergantung kamunya mau bagaimana.

Kalau kamu mau jadi dosen, kenal baik dengan profesor/doktor di kampusmu atau kampus yang akan dituju, lebih baik mengambil beasiswa dari Kemendikbud/Kemenristek DIKTI sebab rekomendasi dari profesor/doktor benar-benar ampuh untuk yang satu ini.

Kalau kamu mau sesuatu yang lebih umum, tanpa ikatan dinas, bisa memilih tempat kuliah sesukanya, beasiswa LPDP dari Kemenkeu tentu lebih baik untuk kamu coba.

Oh ya, soal pemetaan itu kamu bisa membuatnya dalam bentuk tabel dan menempelkannya di dinding kamar biar ingat selalu.

#3 Mencari titik lemah seleksi beasiswa

Apa benar sebuah beasiswa punya titik lemah? Mungkin pertanyaan demikian muncul dalam benak kita. Jika frasa “titik lemah” rasanya kurang pas maka kita bisa menggantinya dengan “kecendrungan” dan “celah”.

Soal celah, dalam LPDP ada celah yang besar untuk kategori afirmasi. Untuk wilayah yang masih kategori 3T (Tertinggal, Terluar dan Terdepan) kamu bisa mendaftar LPDP Afirmasi. Persyaratannya lebih mudah daripada yang Reguler.

Soal kecendrungan, ini seperti kamu mencoba mendaftar beasiswa dari pemerintah negara tertentu. Kita ambil contoh Beasiswa Eiffel misalnya dari pemerintahan Perancis. Jika kamu pernah memiliki prestasi di bidang bahasa Perancis tentu akan menjadi nilai tambah bagimu yang membuat peluang diterima lebih besar. Begitu pula dengan beasiswa lainnya. Untuk LPDP, kebanyakan yang diterima adalah mereka yang aktif sebagai aktifis saat di kampus dulu.

Masih banyak celah dan kecendrungan lainnya, kamu bisa mencari tahunya dengan bertanya pada para awardee beasiswa yang kamu tuju.

#4 Mencari LoA lebih dahulu

Banyak orang yang terkendala di hal yang satu ini. Sebagian dari mereka telah memiliki beasiswa namun belum mendapatakan LoA (Letter of Acceptance) atau surat tanda terima. Menurut hemat saya, mencari LoA lebih dahulu daripada beasiswa akan lebih baik. Jika kamu telah memiliki LoA, banyak beasiswa yang bisa kamu apply setelah itu.

Bagaimana jika sudah dapat LoA tapi akhirnya susah dapat beasiswa?

Hmm, untuk kasus ini saya punya kenalan, beliau terbilang nekat berangkat kuliah tanpa beasiswa, tapi pada akhirnya bisa mendapatkan beasiswa di kampus yang dituju. Intinya kamu tidak perlu khawatirkan hal itu. Terkait seseorang yang saya kenal ini, lain kali akan saya wawancara dan dimuat ceritanya di blog ini 🙂

#5 Jangan persoalkan gengsi

Kalau sudah berhadapan dengan gengsi, bisa rumit urusan. Ini seperti kamu tamat SMA kemudian sekonyong-konyong ingin kuliah sejauh mungkin karena gengsi tadi. Well, tidak salah memang. Tapi ini soal mempertimbangkan peluang.

Tujuan favorit akan dipilih oleh banyak orang, dengan kata lain kamu akan memiliki banyak pesaing. Namun jika kamu bisa menurunkan gengsimu, kamu bisa memilih tujuan yang lebih mudah di mana peluangnya juga lebih besar.

Toh, intinya kita lanjut untuk menambah ilmu pengetahuan bukan untuk menambah pengalaman jalan-jalan. Bagaimana menurutmu?

#6 Move effectively

Cara mendapatkan beasiswa yang satu ini lebih ke arah teknis: kamu harus bergerak dengan efektif. Beberapa contoh gerakan efektif ini di antaranya:

  • Jangan menunda-nunda waktu, apply tepat waktu!
  • Bersiap jauh-jauh hari
  • Mendaftar pada beasiswa yang peluangnya cukup besar
  • Memanfaatkan kenalan kamu di kampus!

Lho, yang poin terakhir maksudnya bagaimana?

Begini, misalnya saat mencari LoA, akan lebih mudah jika kamu minta bantuan kepada guru besar, dosen atau siapapun yang kenal dengan profesor di kampus yang kamu tuju. Hal ini lebih efektif ketimbang kamu mencari dan mengirim email sendiri kepada kampus tersebut. Satu lagi, mendapatkan LoA dengan cara ini akan lebih mudah karena jatuhnya adalah rekomendasi. Seseorang yang direkomendasikan tentu lebih dapat dipercaya, bukan?

Percayalah, calon pembimbingmu di sana tidak akan mau menerima orang-orang yang tidak bersungguh-sungguh dalam belajar!

Selain itu, ketika kamu punya banyak kenalan di kampus itu bisa menjadi corong informasi dan mempermudahmu dalam birokrasi.

#7 Buat aplikasi ampuh, submit dan berdoalah

Tips terakhir dalam artikel 7 cara mendapatkan beasiswa yang efektif ini adalah dengan membuat aplikasi yang ampuh. Siapkan bahan selengkap mungkin. Jika diperlukan lampiran, lampirkan semua sertifikat berbobot dan prestasi yang kamu punya. Jika diminta esai, tulislah esai dengan baik dan mengena.

Masukkan lamaran dan berdoalah!

Kamu sudah berusaha dengan baik, namun sebaik apapun rencana dan usaha yang telah kita buat yang menentukan keputusannya adalah Tuhan. Oleh karena itu, berdoalah sebaik yang kamu mampu. Semoga aplikasi beasiswamu diterima, pun jika tidak masih ada jalan lain di luar sana. Daftar lagi di kesempatan lain atau beasiswa lain maksudnya 🙂

Nah, itulah yang bisa saya bagi kali ini, dengan semangat yang telah diperbaharui untuk memperbaharui blog ini. Jika menurutmu ada yang kurang dan salah dari penjelasan saya jangan sungkan untuk memperbaiki atau menambahkannya di kolom komentar. Salam hangat para pembelajar.

error: Konten dilindungi