Empat tahun (lebih) menjadi mahasiswa teknik tentu saja meninggalkan luka kesan yang mendalam di dalam hati maupun fisik saya, dengan kata lain banyak suka duka yang telah dilalui. Bagaimana tidak, menjadi salah satu mahasiswa dari blue faculty yang diketahui sebagai fakultas dengan pendidikan karakter (baca: ospek) terkeras di seantero kampus dan tempat berkumpulnya segerombol anak-anak badung keren di mana ke-cool-an mahasiswanya sudah berada di taraf super baik cowok maupun cewek.

Banyak orang bilang kalau anak-anak teknik itu menang di fisik (otot) doang. Ah, padahal mereka-mereka yang bilang begitu saya pastikan di hatinya tertempel bibit-bibit sirik karena kalah saing dengan mahasiswa teknik baik itu dalam hal berbau sport hingga hal-hal berbau asmara seperti PDKT dengan cewek atau cowok! Intinya, mahasiswa teknik memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh mahasiswa lain, sesuatu itu adalah: Aura. Yups, aura yang menjadi daya tarik dan ciri khas dari mahasiswa/i teknik yang membuat mereka menjadi berbeda. Di samping itu, bagi kamu yang sudah menjadi bagian dari kampus teknik penting untuk sharing pengalaman tentang suka dan duka menjadi mahasiswa teknik (saya rasa, secara umum semua kita merasakan hal yang sama) agar menjadi pelajaran bagi orang lain untuk mempelajari kehidupan kita (lagumu Fad! :/). Hitung-hitung memberi gambaran bagi calon-calon mahasiswa teknik di masa yang akan datang atau bahkan calon jodoh agar tau karakter kita yang sebenarnya itu seperti apa (ahahah). Mukadimahnya kepanjangan, langsung saja ya.

Sumber gambar: eriskusnadi.wordpress.com

Saat menjadi mahasiswa teknik, solidaritas di atas segalanya
Saat kamu telah bergabung dengan keluarga mahasiswa teknik, selamat, kamu telah masuk ke keluarga besar yang terkoneksi tidak hanya di satu jurusan tapi juga di satu fakultas hingga di manapun di bumi ini yang ada anak teknik di atasnya. Dalam kehidupan mahasiswa teknik, pasal solidaritas adalah pasal utama yang tidak akan pernah bisa diamandemen sampai kapanpun. Teman adalah aset yang teramat penting karena tanpa teman kamu tidak akan pernah bisa apa-apa. Begitu pula dengan senior dan junior. Senior bertugas mengayomi dan junior bertugas menghormati. Kesemuanya serupa satu tubuh, jika salah satu bagian sakit sekujur tubuh akan merasa sakit pula. Itulah alasan mengapa jika ada satu orang saja yang mengalami masalah maka yang lain akan berusaha untuk membantunya. Karena pasal solidaritas inilah mahasiswa fakultas lain perlu berpikir ribuan kali untuk membuat masalah dengan mahasiswa teknik, karena ujung-ujungnya yang akan mereka hadapi bukan 1 orang tapi puluhan bahkan ratusan orang.

Kesulitan finansial bukan kekhawatiran utama
Pernah suatu ketika salah seorang teman saya tidak memiliki uang untuk membayar kontrakan rumah, saya dan beberapa teman kemudian mengadakan rapat diam-diam, mungkin lebih tepat disebut diskusi. Di diskusi itu kami membahas solusi untuk membantu teman kami ini, kami sepakat untuk menyumbangkan sekian dana, meminjamkan dan membantu carikan. Alhasil kami bisa memecahkan masalah tersebut dan menahan teman tersebut untuk tinggal di kontrakannya. Kasus-kasus serupa yang berkaitan dengan finansial ini banyak sekali, seperti memberi pinjaman bagi teman yang telat dapat uang kiriman. Memberikan tumpangan makan dan sebagai macamnya. Sehingganya, kesulitan finansial bukanlah kekhawatiran utama selama kita mau berbagi masalah dengan teman-teman.

Tugas seabrek dan laporan pratikum yang keterlaluan tebalnya
Ketika sudah masuk ke masa praktikum, semua mahasiswa teknik harus bersiap dengan segala sesuatunya. Karena pada saat itu kesibukan akan menjadi ganda. Tugas-tugas besar dan laporan-laporan yang entah berapa halaman. Pernah saya menulis laporan puluhan halaman dalam satu hari selama seminggu atau dua minggu. Kata asisten praktikum, laporan tidak boleh dicetak, harus ditulis tangan agar masuk ke kepala, bahhh. Rasanya pengen saya jedot-jedotin itu master laporan ke kepala kalau saja dengan cara begitu semua materinya bisa masuk, atau bakar dan minum abunya tapi sayangnya saya masih waras (meskipun mulai stres dan tempramen karena beban kuliah yang gila). Saking padat dan menguras tenaganya tugas dan praktikum, sebagian besar mahasiswa teknik beranggapan saat UTS/UAS datang itulah saatnya santai.

Definisi sakit yang jauh dari definisi seharusnya
Bagi mahasiswa teknik, sakit didefinisikan sebagai momen dimana mereka sudah tidak bisa ngapa-ngapain selain istirahat agar cepat sembuh. Flu, pusing-pusing sedikit, masuk angin, batuk bahkan diare itu tidak bisa digolongkan menjadi sakit. Mereka memegang paham: selama aku masih bisa berjalan, masih sanggup bernapas, ku kan slalu memujamu mengerjakan tugasku. Tak jarang mahasiswa teknik yang jatuh sakit, malah ada yang bilang ke saya waktu itu “kalau ada mahasiswa teknik yang terserang tipus itu wajar”. Ah, siapapun pasti tidak ingin sakit, oleh karena itu kami harus mengatur jadwal dan menjaga kesehatan. Karena sakit akan menyebabkan waiting/delay yang tergolong waste dalam ilmu produksi sehingga cost membengkak dan efisiensi produksi rusak!

Gagal dalam mata kuliah itu bukan aib
Jika kamu gagal dalam suatu mata kuliah, itu sama sekali bukan aib. Nilai gaib kadang bertebaran di mana-mana dan lagi materi kuliah yang kebanyakan merupakan fisika terapan sungguh sangat sulit untuk dilahap dengan 1 kali cerna. Kata orang mesti dikunyah-kunyah sampai benar-benar lunak baru ditelan. Ibaratnya materi kuliah teknik itu mochi kering yang harus dibasahi dulu dan digigit sedikit-sedikit sebelum ditelan agar tidak keselek. Maka, gagal dalam mata kuliah juga tak jarang dialami oleh mahasiswa pintar sekalipun. (Catatan: tolong poin ini jangan jadi pembenaran ya)

Periode pendidikan karakter yang lebih panjang dari mahasiswa lainnya
Pendidikan karakter, sebut saja begitu, ketimbang menyebutnya ospek sehingga terkonotasi negatif, karena bagaimanapun luaran yang diharapkan dari program yang satu ini memang untuk mendidik karakter mahasiswa baru teknik. Dia yang dulunya suka menang sendiri–serupa kucing air (berang-berang) yang suka membuat dam di parit-parit sawah demi kemaslahatannya sendiri—diharapkan lebih dapat bersosial dan berbagi. Waktu untuk merubah karakter ini sangat bervariasi, ada yang sekali-dua kali pertemuan saja, namun ada yang puluhan hingga ratusan! Namun, karena pasal solidaritas tadi pula lah, meskipun ada di antara mahasiswa yang sudah baik karakternya mereka harus menunggu yang lain sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan ‘diklat’ mereka. Waktu yang diperlukan untuk pendidikan karakter ini bisa mencapai 6 bulan hingga 18 bulan.

Nah, itulah kira-kira suka dan duka menjadi mahasiswa teknik yang mampu saya rangkum dari pengalaman pribadi yang saya dapatkan selama 4 tahun lebih. Jujur, rindu rasanya dengan masa-masa indah itu, saat satu angkatan masih lengkap (seratus orang lebih). Sekarang sudah pada tamat dan saya pun sudah duduk di bangku pascasarjana yang satu angkatannya di jurusan cuma 8 orang (beberapa di antaranya bapak-bapak pula).

Baca juga: 10 persepsi lucu seputar mahasiswa teknik

Kesudahannya, tulisan ini bukanlah tulisan untuk gaya-gayaan apalagi sombong-sombongan karena saya adalah mahasiswa teknik (dulunya). Setiap fakultas pasti punya ciri khasnya masing-masing. Yang terpenting adalah jangan sia-siakan waktumu bersama kawan-kawan, buatlah kisahmu masing-masing. Karena sungguh dunia kuliah itu membosankan kalau dijalani dengan cara biasa dan dengan sendiri-sendiri. Salam semangat.[]

error: Konten dilindungi