Setiap orang pernah merasakan cinta, bukan? Kau awalnya mengagumi seseorang, mungkin ada satu atau dua hal yang lebih dari dirinya. Dia pandai merangkai kata? Dia punya selera humor? Dia orang yang rela berkorban demi orang lain? Apapun alasannya, yang pasti satu hal itu adalah kunci “magis” yang membuat pintu hatimu berhasil dibuka meskipun sebenarnya gerigi kunci itu tidak cocok.

Setiap orang pernah merasakan cinta dan mereka mempunyai tafisran dan penyikapan berbeda-beda dengan itu. Tentang ini mungkin psikolog lebih tahu (maaf, saya penulis, bukan psikolog). Jika pada tulisan sebelumnya (baca: Tentang Tanjakan dan Turunan) saya sok bijak bicara soal tanjakan dan turunan, kali ini mungkin sok bicara soal hati. 🙂

Sebelumnya baca cerita ini dulu ya,…

Ibara Mayaka adalah gadis yang manis. Ketika duduk di kelas 3 SMP, pada hari valentine ia memberikan sebuah coklat berbentuk hati kepada Fukube Satoshi. Di Jepang, jika ada seorang gadis memberikan coklat valentine pada seorang remaja lelaki itu berarti si gadis tengah menyatakan cinta. Si remaja lelaki tinggal menerima/menolak coklat itu yang berarti jawaban dari pernyataan cintanya. Namun Fukube Satoshi tidak menerima coklat itu dengan satu alasan yang dia sembunyikan.

Satu tahun berlalu, ketika mereka telah duduk di kelas 1 SMA, pada momen valentine juga, Ibara Mayaka dibantu oleh temannya membuat coklat berbentuk hati yang lebih besar. Kali ini ia ingin memberikan coklat itu kepada Fukube lagi, dia belum menyerah. Singkat cerita Fukube tidak menerima coklat itu, tapi mencurinya. Ia sengaja mencurinya karena tidak bisa menerima perasaan Ibara.

Sepulang sekolah, seorang teman Fukube bertanya mengapa Fukube tega mencuri coklat itu, bukan menerimanya. Hampir saja terjadi perkelahian di antara mereka jika Fukube tidak jujur pada temannya itu. Dan tahukah kamu apa jawabannya?

“Mayaka adalah gadis yang baik, tapi aku tidak bisa menerimanya. Aku hanya tidak ingin menjadi terobsesi dengannya”

Menunda Nyatakan Cinta

Ketika kamu memutuskan untuk mencintai seseorang atau sesuatu, tanpa disadari kamu telah menaruh obsesi pada yang kamu cintai itu. Dan sayangnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak memiliki kalimat yang bagus untuk menerjemahkan kata “obsesi”.

obsesi /ob·se·si/ /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan (dari KBBI Online)

Fukube Satoshi paham betul, ketika ia memutuskan untuk menerima pernyataan Ibara maka ia berarti rela menjatuhkan jiwanya pada ‘gangguan’ yang kita sebut sebagai obsesi itu. Maka ia dengan bijak memutuskan untuk menolaknya, untuk kebaikan dirinya dan kebaikan Ibara.

Jika ada yang mendefinisikan cinta sebagai anugerah Tuhan yang spesial, maka itu sepenuhnya benar. Seseorang berhak memilih apakah ia menyimpan rapat-rapat cintanya itu, menyatakannya, menguburnya, atau malah mengendalikannya. Hanya saja, ada beberapa alasan yang tepat bagi kita untuk menundanya.
 
Satu: Benarkah yang kau rasakan itu cinta?
Atau mungkin hanya simpati biasa? Barangkali kau hanya kagum dengan satu atau dua kelebihannya. Atau karena faktor-faktor lain yang menimbulkan perasaan itu.

Dua: Menyiapkan cinta yang paripurna
Cinta yang penuh, lengkap, tidak setengah hati. Tidak bolong-bolong. Tidak pura-pura. Menyatakannya dengan tergesa-gesa hanya akan menghasilkan cinta yang prematur, kau sendiri tidak bisa menjamin apakah ia bisa bertahan atau tidak.

Tiga: Menjaga kemurnian/kualitas cinta
Bisa jadi, orang yang kau sukai hari ini bukan orang yang akan kau temui dalam kehidupan cintamu di masa depan. Tidak ada yang tahu, kecuali Tuhan. Bila kau telah memetik sekeping cinta di hatimu hari ini dan memberikannya pada yang kau sendiri belum yakin dia jodohmu. Apakah yang tersisa untuk seseorang yang Tuhan siapkan di masa depan masih seutuhnya?

Empat: Apakah sanggup untuk berkomitmen/ikatan?
Jika benar kau tidak bisa membendungnya, sudah siapkah kau mengikatnya? Jenis ikatan cinta yang saya tahu sejauh ini hanya pernikahan. Sebab jika kau tidak mengikatnya, ia mungkin bisa pergi, hehe.

Lima: Untuk kali ini, biarlah Dia (Tuhan) dan keluarga yang menjadi labuhan cintaku
Dan saya tidak perlu menjelaskan ini lebih jauh 🙂

Dan, Saya pun Hanyalah Seorang Pencinta Biasa
Hati manusia gampang sekali dibolak-balik. Merasakan cinta itu adalah hal yang wajar. Dan jika boleh jujur, saya pribadi terkadang juga gampang menaruh simpati. Tapi tentu saja saya tidak akan membeberkan detilnya kepadamu, haha. Bukan. Bukan.

Seorang penceramah pernah bilang, tidak apa jika kamu menyukai seseorang, itu wajar. Toh kamu manusia. Tapi jika rasa sukamu itu mengganggu cintamu kepada Allah dan Rasul, mungkin sebaiknya kamu berpikir ulang.

Jadi sekarang, menurutmu mana yang lebih baik, menyatakan atau menundanya hingga kamu benar-benar siap?

Semoga kita semua senantiasa dalam naungan cinta-Nya. Aamiin ya Rabb.

Catatan:
Cerita dari serial anime Hyouka
Ilustrasi dibuat dengan CorelDraw pada 2014

error: Konten dilindungi