Bismillah, apa kabar teman-teman? Mudah-mudahan selalu sehat dan dalam lindungan Allah. Selamat berpuasa juga bagi yang hari ini mulai puasa dan selamat menyambut bulan Ramadhan bagi yang akan puasa besok. Tulisan ini bisa dibilang sebuah catatan harian, namun dari catatan harian ini saya berharap teman-teman dapat mengambil manfaatnya, inginnya tulisan ini bisa memberikan sedikit pencerahan bagi teman-teman yang telah meluangkan waktunya membaca.
Tahun ini adalah tahun sibuk, bagi saya pribadi, banyak targetan yang harus dicapai secepat dan sesukses mungkin. Salah satunya adalah menyelesaikan Kerja Praktek (KP) sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tuntutan akademik. Karena satu dan dua hal saya baru berkesempatan melaksanakan KP akhir semester ini, bulan Ramadhan ini. Maka bagaimanapun juga, tanpa boleh berkeluh kesah karena Ramadhan sambil ber-KP, saya harus menempuhnya sebaik mungkin. Dan, Allah kasih KP di sektor pembangkit PLTA Maninjau. Jujur, sebelumnya saya belum pernah ke Maninjau, karena ini pengalaman pertama, rasa gugupnya kentara.
Berdua dengan seorang teman, kami berangkat pukul 5 sore dari Lubuk Alung, mengambil jalan pinggir pantai. Melewati kota Pariaman, Sungai Limau, Tiku, Lubuk Basung dan sampailah di Maninjau. Sekitar pukul 21:30 kami sampai, disambut orang tua seorang sahabat satu jurusan. Alhamdulillah, berbincang-bincang sedikit dan disuguhkan makan malam. Senangnya. Tapi, stop! Saya tidak akan menceritakan hal itu lebih lanjut, karena bukan itu topik tulisannya. Cuma sebagai pengantar saja niatnya (pengantar sudah 3 paragraf, haha) *peace*.
Saya dan teman saya baru pertama kali melalui jalur itu dengan sepeda motor, kalaulah memang sebelumnya kami pernah berkunjung ke Lubuk Basung menggunakan bus, percayalah kami tidak punya banyak waktu untuk mengingat jalanan, hehe. Hingganya kami tidak tahu mau menempuh jalan mana agar bisa sampai di Maninjau sebelum hari terlalu malam. Tapi untunglah, ada Google Map yang sukses menjadi penunjuk jalan. Sepanjang jalan dari Lubuk Alung berkali-kali saya menekan-nekan layar ponsel, mengecek peta. Memilih jalur yang tepat. Sempat kami bingung mau memilih jalan yang mana, akhirnya buka Peta Google lagi dan ternyata, berguna sekali.
Kamu tahu, apa kata-kata yang keluar dari mulut kami “Ternyata bisa pakai aplikasi itu ya, selama ini saya tidak tahu”. Dalam hati saya berkata “Ternyata andr*id bisa dipakai untuk selain sosmed dan main game online”.
Nah, sebelum saya tutup tulisan ini, saya ingin bantu simpulkan. Terkadang kita suka ikut tren, ikut angin ke mana berhembus. Saat ponsel pintar marak dipakai, kita pakai juga tanpa tahu apa nilai tambah yang bisa kita dapatkan. Teknologi berkembang cepat sekali, kalau boleh dianalogikan ia (barangkali) bagaikan mata pisau. Jika kita menggunakannya dengan tepat maka akan berikan manfaat, jika kita gunakan sembarangan bisa jadi awal kerusakan. Betapa banyak anak-anak yang “rusak” gegara teknologi. Bukan murni salah anak-anak dan kita juga tidak mau mencari siapa yang salah, hanya saja, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan digunakan sesuai porsinya adalah satu-satunya pilihan terbaik.
Semoga bermanfaat.

Salam.
error: Konten dilindungi