Percayalah, hidup yang singkat ini bisa jadi berwarna dan bermakna saat ada orang-orang hebat yang hangat di sekitar kita. Ada keluarga, di samping itu ada juga sahabat. Sahabat, kalau boleh saya artikan, adalah teman yang sudah dapat pengakuan. Ia tidak hanya hadir di saat suka namun juga di saat duka. Saling berbagi, saling mengerti. Ia terkadang jadi seorang pendengar yang baik, saat banyak hal yang ingin kita tumpahkan. Ia terkadang menjadi penghibur yang baik, saat kita tengah butuh dukungan dan uluran tangan. Yang jelas, sahabat itu selalu ada. Saya yakin hampir semuanya yang setuju ya?

Tapi pertanyaannya, apakah benar orang-orang yang kamu anggap sahabat itu benar-benar sahabatmu?

Dalam konsep dunia persahabatan (mulai ‘sok’ berwibawa, hehe), sahabat sejatinya adalah seorang yang bisa menerima semua kekuranganmu namun di samping itu dia juga mesti bisa mendampingimu untuk memperbaikinya. Sahabat bukan cuma orang yang menerima kamu apa adanya, tapi membantu kamu menjadi lebih daripada itu. Sahabat itu,… adalah orang yang berani menamparmu dari depan, bukan menikam dari belakang! Dalam konteks ini, maksudnya adalah yang berani menegurmu secara langsung dan tidak mengumbar aibmu kepada orang lain.

Pada beberapa waktu, banyak teman yang mengaku pada saya bahwa dia mempunyai sahabat sejati yang sangat baik. Mereka sudah bersahabat dari kecil sampai sekarang sudah dewasa. Mereka mengaku bahwa sudah lama hidup bersama, ‘punyamu punyaku juga, punyaku punyamu juga’. Tentu saja dalam batasan tertentu ya. Misal, saat si A tengah krisis finansial (tahulah, mahasiswa) maka si B dengan ikhlas meminjamkan (bahkan memberikan secara percuma) uangnya yang sebenarnya si B ini sedang krisis juga. Atau tentang bagaimana mereka makan sepiring berdua, pokoknya harus sama-sama makan. Dan sekian juta kisah romantis persahabatan lainnya. Namun, benarkah dia yang seperti itu sahabatmu?

Sahabat, jika boleh saya mengulang, sahabat adalah orang yang tidak hanya menerima dirimu apa adanya, tapi orang yang membantumu menjadi lebih daripada itu.

Jika benar dia sahabatmu, sudahkah dia nyinyir mengingatkanmu untuk shalat saat kamu terlupa?

Jika benar dia sahabatmu, sudahkah dia menasehatimu dalam kebeneran dan kesabaran?

Jika benar dia sahabatmu, sudahkah ia membantumu meredam amarah di saat kamu marah?

Jika benar dia sahabatmu, sudahkah ia memnggenggam tanganmu dan mengajakmu berjalan beriringan di jalan-Nya Allah, bagaimanapun sulitnya dan seperti apapun tantangannya.

Sahabat, rasanya, bukan hanya kita yang memiliki sahabat. Rasulullah saw. dahulu juga punya sahabat-sahabat yang luar biasa. Yang selalu mengingatkan dan menyemangati dalam pahitnya perjuangan di jalan Allah. Mereka adalah sahabat-sahabat yang luar biasa untuk orang seluar biasa Rasulullah saw. Maka, sahabat-sahabat Rasullah adalah contoh sahabat-sahabat terbaik yang pernah ada. Betapa bahagianya andai kita punya sahabat-sahabat seperti itu.

Saya teringat sebuah pernyataan. Janganlah mendamba seorang sahabat yang seperti Abu Bakar Ash Shiddiq karena kita bukan Muhammad saw. Tapi kita bisa mendekat pada pribadi Rasulullah dengan mengikuti sunnahnya, mengikuti cara hidupnya, maka semoga kita dapati juga sahabat yang luar biasa sebagaimana Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya.

Sekarang boleh ya kita balik kalimatnya,

Jika benar kamu sahabatnya, sudahkah kamu nyinyir mengingatkannya untuk shalat saat dia terlupa?

Jika benar kamu sahabatnya, sudahkah kamu menasehatinya dalam kebeneran dan kesabaran?

Jika benar kamu sahabatnya, sudahkah kamu membantunya meredam amarah di saat dia marah?

Jika benar kamu sahabatnya, sudahkah kamu menggenggam tangannya dan mengajaknya berjalan beriringan di jalan-Nya Allah, bagaimanapun sulitnya dan seperti apapun tantangannya?

Berpegang teguhlah kamu sekalian pada agama Allah, dan janganlah kamu berpecah belah. Ingatilah karunia Allah kepadamu, ketika kamu dahulunya bermusuh-musuhan, lalu dipersatukan-Nya hatimu, sehingga kamu dengan karunia Allah itu menjadi bersaudara. Dan kamu dahulunya berada di tepi jurang neraka, lalu Allah melepaskanmu dari sana. Demikianlah Allah menjelaskan keterangan-keteranganNya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Al-Imran: 103

Mari sama-sama kita perbaiki diri kita, lebih baik lagi dan lebih baik lagi.
Tetap semangat, fastabiqul khairat.

Wallahua’lam.[]

error: Konten dilindungi