Bismillahirrahmanirrahiim

Mana ada waktu bilang-bilang kalau ingin berlalu, “numpang lewat” misalnya, bahkan berkata “selamat tinggal”-pun tidak. Semakin lama ia semakin menjauh, jauh hingga tak mampu kita kejar. Benar deh Imam Al Ghazali bilang “yang paling jauh itu adalah waktu”, mau seberapa kencang pun kita berlari mengejarnya, ia takkan pernah terkejar.

Kini Ramadhan telah berlalu, dengan sejuta kenangan. Beruntunglah kita yang memanfaatkan momen penuh keberkahan dan berlimpah bonus dari Allah swt. Ramadhan yang istimewa, hanya 1 bulan di antara 12 bulan. Semoga kita tetap rindu.


Semoga puasa yang telah kita jalani dan semua ibadah Ramadhan kita bisa menggugurkan dosa-dosa kita yang telah lalu.

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 38, 1910, 1802)

Ya Allah, pertemukanlah kami dengan ramadhan di tahun-tahun yang akan datang. Aamiin…

Idul Fitri Itu Menang

Sudah pengetahuan umum bahwa Idul Fitri adalah kemenangan bagi umat muslim, tapi menang yang bagaimana? Yaitu kemenangan bagi yang telah berhasil menempa dirinya di sebulan penuh Ramadhan. Kalau orang yang tidak puasa apa masih menang?

Idul Fitri itu menang. Memenangkan seleksi untuk menjadi pribadi yang baru. Survive selama Ramadhan. Maka yang Ramadhan-nya cuma puasa sambil tidur seharian, apa masih menang?

Di Padang dari kemarin malam hingga pagi ini hujan, tadi malam lebat sekali. Bumi bersedih ditinggalkan Ramadhan. Subhanallah. Lantas kita?

Pertanyaannya, bahagiakah kita ketika menyambut datangnya Ramadhan dulu? Orang yang bahagia dengan datangnya Ramadhan dulu pasti bersedih saat Ramadhan meninggalkannya.

Ramadhan menjadikan kita manusia yang baru, maka setelah ini jangan mengotori diri lagi, sedapat mungkin.

Semoga Allah tetap menghidupkan hati kita semua.

“Barang siapa menghayati malam Hari Raya Aidil Fitri dan malam Hari Raya Aidil Adha dengan amal ibadah sedang dia mengharapkan keredaan Allah semata-mata hatinya tidak akan mati seperti hati orang-orang kafir.”

Minal Aidzin wal Faidzin

Ada yang salah kaprah masalah ucapan yang kita ucapkan kepada karib kerabat dan sahabat pada Idul Fitri. Kebanyakan orang mengucapkan Minal Aidzin wal Faidzin, tapi ucapan yang tepat adalah Taqabbalallahu minna wa minkum,


“Taqabbalallahu minna wa minkum” adalah sebuah doa. Yang artinya, semoga Allah menerima (ibadah) kami dan (ibadah) kalian.
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari menjelaskan, “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bertemu di hari Id, mereka berkata kepada sebagian lainnya: taqabbalallahu minna wa minka.”
Lalu, haramkah ucapan “minal aidzin wal faizin” yang merupakan kependekan dari “ja’alanallahu minal aidzin wal faizin”? Ucapan yang juga merupakan doa yang artinya “semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang” itu tentu tidak haram sebagaimana kita boleh berdoa dalam bahasa apa pun dan meminta kebaikan apa pun kepada Allah. Namun, apa yang dituntunkan Rasulullah lebih utama. Maka yang lebih baik adalah berupaya membudayakan ucapan ‘taqabbalallahu minna wa minkum.’
Demikian pula, meskipun ucapan “mohon maaf lahir dan batin” tidak pernah dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya, ucapan itu boleh-boleh saja sebagaimana meminta maaf itu boleh dilakukan kapan saja. Dan masyarakat Indonesia mengambil momentum Idul Fitri sebagai sarana silaturahim dan saling bermaafan.(bersamadakwah.com)


Demikian sahabat, selamat ber-Idul Fitri, selamat kembali ke pada Fitrah,
Taqabbalallahu minna wa minkum, Jangan lupa tetap menulis =)

PadangPariaman, 080813/01Syawal1434H 

error: Konten dilindungi