Beda media beda pembaca juga, dan setiap media itu punya karakter pembacanya masing-masing. Sebagai contoh, pembaca koran akan beda karakternya dengan pembaca portal berita online. Berita di koran pun beda karakteristiknya dengan berita di media online. Nah, berdasarkan itu, kali ini saya ingin berbagi mengenai perbedaan penulisan online dengan penulisan umum.
Teman-teman tentu pernah membuka situs ini ataupun itu, juga pasti pernah baca koran ini ataupun koran itu. Contohnya koran lokal, kalau di Padang ada Singgalang, Padang Ekspress, Haluan dan sebagainya. Di samping itu tentu kamu juga pernah buka portal berita, semisal republika.com, detik.com, okezone.com atau portal berita yang bernuansa islami seperti islampos.com dan islamedia.com
credit: Pixabay |
Namun, pernah gak sih kamu membandingkan antara kedua itu? Apa sih yang berbeda dari karakteristik keduanya? Beberapa perbedaan itu adalah sebagai berikut:
Beda Panjangnya
Perbedaan paling kentara dalam sebuah artikel online dan artikel koran atau cetak itu adalah pada panjang artikelnya. Artikel online (daring) pendek-pendek, bisa kamu baca dalam waktu yang singkat, bahkan hanya dalam 1-2 menit saja. Sementara artikel cetak butuh waktu yang lebih lama, 5 menit atau lebih.
Jika kamu adalah seseorang yang belajar menulis, kamu perlu menyesuaikan tulisan kamu dengan media yang akan kamu gunakan. Ketika kamu menulis sebuah blog, jangan bikin pembacamu sakit mata karena harus membaca tulisan yang panjang. Layar gadget itu bikin mata perih lho.
Struktur Paragraf dan Kalimat
Dalam sebuah penulisan online, sebaiknya kamu menulis sebuah paragraf yang mungil dan padat. Jangan berbelit-belit. Give you reader what they exactly need (please jangan komentari grammar-nya). Jangan bernarasi jika tidak perlu. Untuk panjang paragraf itu sebenarnya cukup 3-4 baris, sedang untuk kalimatnya kalimat yang pendek-pendek.
Contohnya? Coba lihat paragraf yang kamu barusan baca sampai berakhir di frasa “pendek-pendek”. Namun dalam sebuah penulisan umum, kamu boleh menulisnya dengan sedikit lebih panjang. Saya coba sunting paragraf tadi ya, jadi begini:
Salah satu ciri penulisan online adalah paragrafnya yang singkat dan padat, dengan kata lain tidak boleh berbelit-belit. Untuk menghindari paragraf yang panjang, kamu tidak perlu bernarasi dengan hal-hal yang tidak perlu, berikan pembacamu apa yang benar-benar mereka butuhkan. Sedangkan untuk panjang paragraf penulisan online itu sendiri sekitar 3-4 baris dan bentuk kalimatnya adalah kalimat-kalimat pendek.
Kok, gak ada bedanya? Ada kok, ada. Coba baca lagi, hehe (karena saya sudah terbiasa menulis do blog, agak susah menulis contoh untuk artikel di koran).
Ejaan
Selanjutnya kita masuk ke ejaan. Ini bagian adalah paling njelimet dan bikin puyeng. Dan tentu saja juga hal yang paling ditakuti oleh mereka yang baru belajar menulis. Tapi berbahagialah kamu yang memutuskan untuk menulis di media online, sebab bisa dibilang, kamu tidak terlalu perlu memikirkan ejaan.
Ini bukan berarti saya meremehkan kaidah ejaan di sini ya. Hanya saja, yang terpenting itu internet itu sebenarnya isi kontennya. Gak percaya? Kalau gak, coba amati meme yang bertebaran di internet. Desainnya bagus gak? Kata-katanya gimana? Kok masih banyak yang suka?
Di luar itu, pernahkah kamu coba kepoin blog-blog Raditya Dika atau bahkan pakar internet marketing? Coba amati cara mereka menulis, kebanyakan juga tidak terlalu mengindahkan ejaan. Tapi ketika kamu menulis untuk media cetak, kamu benar-benar harus memperhatikan ejaan jika tak ingin karya tulismu dibuang ke “tong sampah” oleh redaktur.
Gaya Bahasa
Salah satu perbedaan yang paling kentara dalam penulisan online itu adalah gaya bahasanya. Gaya bahasa di media online itu renyah dan ringan,.. dan supel. Yang demikian itu perlu karena menarik pembaca ke sebuah situs atau blog itu bukan hal yang mudah. Selain harus menarik pembaca, kamu juga harus bisa membuat pembaca datang untuk kedua kalinya di waktu yang akan datang.
Di samping itu, tulisan kamu hendaknya juga bisa mendorong aksi nyata dari pembaca semacam follow, subscribe, like ataupun share. Bahasa internetnya “Call to Action”. Kayak mana cara bikinnya? Bisa pakai ilmu Copywriting atau Hypnowriting, di internet banyak kok tutorialnya.
Kalau penulisan umum? Umumnya penulisan umum itu ilmiah, karena karya esai, opini ataupun artikel itu adalah bagian dari karya ilmiah populer. Dan ciri gaya bahasa karya ilmiah itu cenderung kaku karena mesti baku.
Baca juga : Cara Mendapatkan Uang dari Menulis
Pola Tulisan
Yang terakhir adalah pola tulisannya, dalam ilmu jurnalistik kita bisa mengenal yang namanya straight news dan depth news. Straight news itu berita kilat yang punya pola seperti segitiga terbalik, sedangkan depth news itu berita panjang yang punya pola persegi panjang. Umumnya dalam media online banyak tulisan dengan pola piramida terbalik ini, sebaliknya di media cetak pakai pola persegi panjang.
Pola piramida terbalik itu semakin keujung semakin tidak penting, kalau persegi panjang semua bagiannya penting.
Nah teman-teman, itulah sedikit sharing mengenai media penulisan. Insyaa Allah saya akan coba konsisten membagikan apa yang saya ketahui. Mudah-mudahan bermanfaat ya. Terutama bagi kamu yang sedang punya amanah atau pekerjaan di bidang media. Kalau ada pertanyaan, jangan lupa komentar dan share kalau kamu merasa terbantu dengan tulisan ini. Salam.
Saya baca2 media online memang pendek dan padat. sepertinya hanya inti saja
Nulis pendek2 sih gak masalah. Tp kdg media online itu satu paragraf aja pindah halaman
Itu biar pageviews (PV) nya besar, kalau PV nya besar nanti ada keuntungannya buat media itu 😀
memang cuma intinya saja, tipikal penulisannya begitu mbak 🙂