Hari ini saya tidak akan menulis banyak, tapi mungkin kita bisa beranjak dari judul yang saya buat di atas “Aku Akan Menuntunmu”. Sederhanaya “Aku Akan Menuntunmu” adalah pernyataan yang bersifat keinginan dalam hati untuk ‘melayani’ seseorang atau mungkin banyak orang. (lagipula apa gunanya dijelaskan hal seperti ini, sudahlah, langsung ke paragraf selanjutnya dah)
Dalam dunia tulis-menulis konon ada dikenal unsur instrinsik dan ekstrinsik (lha, apa hubungannya coba?) yang harus ada dalam setiap karya tulis, dalam hal ini kita mengambil contoh fiksi. Nah, salah satu dari unsur instrinsik itu adalah Amanah. Sebuah karya tulis tanpa amanah adalah hampa. Tidak berkesan dan tidak bertahan lama. Karya populer biasanya hanya populer di zamannya sedangkan karya klasik (yang dipenuhi amanah dan intrik) akan tetap dicintai sepanjang zaman. Jelasnya, karya yang memiliki amanah akan hidup di hati pembaca. Memberi pencerahan dan potensi pahala multi level marketing saat karya kita membuat pembaca tergugah untuk berbuat kebaikan dan kemudian orang terajak karenanya.
Amanah dalam cerita itu,… adalah tuntunan yang disiapkan oleh penulis bagi para pembacanya, ia adalah nasihat, adalah pesan dan tentu saja adalah persembahan hati dari penulis ke pembaca.
Jadi ketika kita mengisi karya tulis (fiksi) kita dengan amanah, kita seperti bilang:
Aku Akan Menuntunmu
Semoga niat menuntun pembaca ke arah yang benar tetap dititipkan Tuhan di hati kita masing-masing. Sehingga kita menjadi seorang yang mampu menghadirkan oase di tengah gersangnya dunia literasi saat ini.
Aku akan menuntunmu,… karena aku peduli,…
Salam ceria, tetap menulis ya…
Recent Comments