Hai pembaca, menjadi blogger dengan niche pendidikan itu susah-susah gampang. Susahnya karena niche ini tidak terlalu populer, pun jika banyak blog yang ber-niche pendidikan, kebanyakan ya blog yang memuat materi pelajaran–bukan blog ocehan-ocehan seperti yang sedang kamu baca ini. Jadinya, agar pembaca bisa tertarik untuk ngeklik headline kita di media sosial kita harus membuat artikel yang benar-benar menarik atau yang dibutuhkan oleh pembaca.
Gampangnya? Gampangnya ketika kamu masih berstatus sebagai seorang pelajar, siswa maupun mahasiswa, kamu tidak akan kehabisan ide tulisan. Kisah perjalanan sekolah atau kuliah pun bisa dijadikan bahan tulisan–meskipun isinya tidak lebih dari sekadar ocehan atau curhatan.
Sehingganya, mohon dimaklumi kalau kebanyakan isi blog ini adalah ocehan belaka. Dan kali ini pun, saya masih ingin mengoceh. Tentang sebuah pertanyaan yang kerap ditanyakan teman-teman kepada saya ketika mereka tahu saya sedang menempuh studi pascasarjana. Jadi,…
Ruang Kelas (gambar: Pixabay) |
Kuliah Pascasarjana Itu Sulit Gak Sih?
Ketika berhasil tamat dari D3/D4/S1 setelah perjuangan yang berdarah-darah beratnya minta ampun seseorang akan dihadapkan pada pilihan selanjutnya. Mau melanjutkan kuliah atau kerja. Kedua pilihan ini punya konsekuensi tersendiri. Banyak teman saya yang ngoceh gak kuat kalau harus kuliah lagi, “menamatkan S1 saja susahnya minta ampun” katanya. Namun ada juga orang yang tidak tertarik untuk bekerja karena ingin jadi seorang akademisi. Well, itu tergantung yang bersangkutan.
Tapi khusus bagi kamu yang belum menyelesaikan kuliah dan masih bingung dengan rencana masa depan, menanyakan pada orang yang telah pengalaman adalah opsi yang sangat bagus. Setelah ini saya akan kasih gambaran perkuliahan pascarjana bagi kamu yang punya pertimbangan melanjutkan kuliah setelah menamatkan S1. Banyak orang yang beranggapan kalau pascasarjana itu sulit, tapi sebenarnya tidak juga. Justru “gampang” (pakai tanda kutip *smirk*)
Perbedaan Mendasar Pendidikan Sarjana dan Pascasarjana
Dari jenjang pendidikan keduanya sudah jelas berbeda, tapi bagaimana dengan perbedaan yang mendasar? Mungkin seperti sesuatu yang bisa membuat kamu paham dalam satu kali baca tentang karakteristik kedua jenjang pendidikan ini. Kalau begitu tiga kalimat di bawah ini barangkali bisa membantumu.
Pend. Sarjana : Memahami dan membuktikan teori yang sudah ada
Pend. Pascasarjana (S2) : Memahami dan menguji teori yang sudah ada
Pend. Pascasarjana (S3) : Memahami teori yang telah ada dan menciptakan teori yang baru
Kalau di jenjang sarjana memahami teori yang ada dan mencoba membuktikan saja itu sebenarnya sudah cukup. Penelitian atau skripsi mahasiswa S1 sebenarnya bisa sederhana (hanya dosen saja yang kadang suka bikin rumit karena satu dan dua alasan). Kamu bisa tamat S1 hanya dengan merancang sesuatu lalu mengujinya dan membandingkannya dengan teori yang telah ada. Adapun hasil yang kamu dapatkan, sesuai atau tidak itu bukanlah masalah. Kamu hanya tinggal menyimpulkan dari penelitian yang telah kamu lakukan.
Berbeda dengan tingkat sarjana, penelitian di pascasarjana (S2) harus mencari tahu sampai ke akarnya mengapa hasil yang kamu dapatkan tidak sesuai dengan teori yang telah ada. Kamu harus mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil serta mencari solusi agar penyimpangan hasil itu bisa hilang dan sebagainya.
Lain lagi jenjang S3 kamu benar-benar harus meneliti yang belum pernah diteli oleh orang lain sebelumnya. Kalau kamu meneliti yang sudah ada, kamu dijamin tidak akan pernah tamat dan mendapatkan gelar Dr. ataupun Ph.D. Untuk dapat memastikan apakah judul penelitian kamu sudah pernah dilakukan atau belum kamu harus banyak-banyak baca. Baca jurnal minimal 200 buah, dan semuanya jurnal internasional. Tidak banyak, bukan? *garuk kepala*
Kalau Kuliahnya Bagaimana?
Satu pertanyaan turunan yang kerap saya dapatkan adalah bagaimana perbedaan perkuliahan waktu sarjana dengan pascasarjana. Tapi sebelum saya jawab, saya ingin perkenalkan diri terlebih dahulu. Saya adalah seorang mahasiswa S3 saat ini. Sebelumnya saya telah menyelesaikan S2 selama 1 tahun. Alhamdulillah, saya adalah salah satu dari ratusan mahasiswa yang menerima beasiswa PMDSU pada tahun 2015 lalu.
Perkuliahan S2 saya jalani selama 1 tahun penuh. Adapun perbedaan yang mendasar tentang perkuliahan S1 dengan S2 adalah metodenya. Ketika S1 dulu dosen masih punya peranan yang dominan di dalam kelas, namun ketika S2 di kelas benar-benar menerapkan prinsip Student Center Learning. Pada beberapa kesempatan dosen malah hanya “duduk-duduk” dan para mahasiswa lah yang presentasi dan “mengajar” mahasiswa lainnya.
Mengenai tugas atau PR pada S2 juga benar-benar custom. Maksudnya, rata-rata tugas/PR masing-masing mahasiswa itu berbeda satu sama lain dan disesuaikan dengan topik penelitian atau tesis yang akan mereka jalani. Benar-benar gak bisa nyontek tugas teman, haha. Gimana kalau nyontek? Itu nekat mah namanya, mahasiswanya saja masih bisa dihitung dengan jari, pasti bakal kentara banget dan ketahuan curangnya :/
Kalau S3 bagaimana? Nah ini dia, tipe perkuliahan S3 itu ada dua: by course dan by research. Perkuliahan tipe by course itu adalah perkuliahan yang dominan di ruang kelas, sedangkan by research itu lebih banyak di laboratorium. Perkualiah yang saya ambil itu yang tipe kedua, atau fokus riset. Namun meskipun demikian, tetap ada porsi perkuliahannya. Inti dan penekanan perkuliahan itu adalah pada pemahaman mengenai filsafat atau hakikat dari ilmu yang kita pelajari itu. Itulah mengapa lulusan S3 disebut sebagai doctor of philosophy (Ph.D) atau doktor filsafat.
Baca juga : Setelah Resmi Jadi Kandidat Doktor
Recent Comments