Penulis lepas atau freelance writer itu semacam pekerjaan menulis metode freelance. Kamu menulis sesuatu kemudian tulisan tersebut dijual ke media atau siapapun yang membutuhkan. Kamu akan dibayar sesuai standar yang berlaku atau sesuai kesepakatan antara kamu dengan mitra. Karena metode ini berupa freelance maka ikatan antara kamu dengan mitra hanya hingga pekerjaan itu usai, tidak lebih dari itu.
Pekerjaan sebagai penulis lepas ini semakin digandrungi oleh banyak orang, kebanyakan mereka adalah mahasiswa atau bahkan profesional di bidangnya. Maraknya industri media dan terbatasnya orang yang mampu menulis dengan baik. Kesudahaannya kebutuhan tersebut dikonversi menjadi permintaan dan menjadi peluang kerja tersendiri bagi yang menguasainya. Saya dan banyak orang lain di luar sana telah memulainya.
via pixabay.com
Tulisan bernilai karena menulis adalah aktivitas intelektual
Saya rasa tidak ada yang akan protes jika saya bilang “menulis adalah kegiatan intelektual”, itu bukan opini asal semata namun begitulah kenyataannya. Dalam menulis seseorang butuh kemampuan linguistik yang bagus, selain itu ia juga harus bisa berpikir cepat disaat otot-otot jemarinya juga bekerja. Kegiatan menulis butuh konsentrasi dan dedikasi. Sebab, tulisan adalah karya abadi yang bisa memberi dampak banyak pada siapapun yang membacanya.
Saya punya cerita, sewaktu pulang dari kampus, seorang teman nyelutuk saat saya cerita kalau saya pernah punya penghasil jutaan karena kemampuan menulis “enak banget kamu dapat uang cuma karena nulis”. Saya kesal dan balas perkataannya “ente pikir sesederhana itu, tahu gak kalau ane sudah mulai (suka) nulis semenjak duduk di bangku SD!”. Faktanya, kebanyakan orang menilai gampang proses menulis itu. Gampang memang kalau sudah terbiasa, kalau tidak perlu waktu yang lama bahkan untuk satu tulisan saja.
Nyatanya, setiap penulis yang ingin menulis dengan baik ia harus melalui berbagai halang dan rintang. Ia perlu membaca sebanyak apapun sumber, ia perlu melakukan riset, ia perlu berpikir tentang cara penyajian mana yang cocok hingga bagaimana tulisannya bisa menarik dan memberi manfaat kepada pembaca. Kesemua itu tidak bisa dilakukan tanpa campur tangan intelektualitas di dalamnya, sehingga wajar jika saya bilang tulisan itu bernilai. Tak mengherankan jika seorang penulis profesional dibayar ratusan ribu hingga jutaan hanya untuk satu tulisan yang tidak panjang-panjang amat.
Pengalaman Saya Menjadi Penulis Lepas
Sekitar sebulan yang lalu, seorang teman menawarkan saya untuk mengisi website miliknya. Web beliau kebetulan bertema (niche) seputaran provinsi tempat saya tinggal. Kala itu, saya cukup sibuk sehingga menolak tawarannya itu. Seiring waktu berlalu saya kemudian sadar, mengkambing hitamkan kesibukan untuk menghalangi anda dari menulis adalah suatu hal yang konyol. Saya teringat nasehat-nasehat teman-teman “berilah amanah kepada orang sibuk”, korelasinya adalah “semakin sibuk seseorang maka semakin piawai dia mengelola waktu”. Kesudahannya saya mengambil kesempatan itu dan deal dengan permintaan 10 artikel selama 10 hari.
Awalnya saya pikir sulit karena berbagai alasan seperti: 1) saya seorang mahasiswa pascasarjana, 2) saya orangnya moody, 3) nyatanya saya bukan seorang penulis profesional. Tiga alasan besar itu kemudian tertutupi karena keinginan saya untuk mencoba mendisiplinkan diri dalam menulis, setidaknya satu tulisan dalam sehari. Proyek freelance tersebut saya kerjakan hingga genap 10 hari. Terkait hasil, saya cukup puas dengan impak yang diberikan oleh tulisan yang saya buat kepada banyak orang (tentu saja juga puas karena sudah bisa menghasilkan uang dengan jerih payah sendiri).
Metamorfosa dari penulis fiksi ke non-fiksi
Pengalaman saya sebagai penulis lepas bukan hanya yang saya ceritakan di atas, dalam rentang tahun 2011-2012 dulu saya cukup aktif menulis dan mengirimkan karya-karya saya ke media masa. Kala itu saya menulis fiksi (kebanyakan cerpen). Beberapa cerpen saya dimuat (pun hanya di media lokal) dan mengantarkan nama saya cukup dikenal sebagai sastrawan cerpenis muda yang potensial. Suatu ketika saya pernah dapat rekomendasi dari sastrawan nasional (yang satu daerah) untuk mengikuti pelatihan menulis cerpen bersama Balai Bahasa, hanya saja momennya tidak tepat karena waktu itu saya tengah menjalani UAS sewaktu masih duduk di bangku S1. Akhirnya, pelatihan yang berupa training camp satu minggu penuh tersebut saya tolak. Terkait cerpen-cerpen dan beberapa artikel saya yang dimuat di media cetak itu, alhamdulillah, bisa menambah uang saku (secara mahasiswa bisa dibilang makhluk kere sejagad). Pernah juga waktu itu memenangkan lomba menulis cerpen meskipun hanya di posisi ke-3.
Ada yang bilang kalau ingin menulis dengan gampang dan baik maka tulislah sesuatu yang paling dekat dengan keseharianmu. Pascatahun 2013 saya mulai tidak aktif menulis sastra, saya beralih menjadi blogger dan mengisi blog pribadi saya. Bercengkrama dengan materi-materi ilmiah di kampus serta pengalaman panjang dalam organisasi mahasiswa menyita kemampuan mengkhayal saya, saya jadi sulit untuk mengarang cerita lagi. Kesudahannya saya lebih senang menulis non-fiksi. Menulis opini-opini ngasal, artikel-artikel dakwah, hingga tips dan trik seputar mahasiswa dan pelajar. Blog ini dulunya adalah blog sastra yang terpaksa saya banting stir karena menimbang tidak banyak tulisan seputar sastra yang bisa saya tulis lagi.
Bagi yang butuh jasa saya bisa klik laman ini: Jasa Penulisan Artikel
Buat yang mau coba jadi penulis lepas
Bagi kamu yang ingin mencoba menjadi penulis lepas, sebenarnya banyak sekali peluang yang bisa kamu ambil. Kamu bisa menulis dan mengirimkannya ke media cetak maupun online, atau bisa juga dengan mencari pekerjaan lepas dalam beberapa forum dan portal freelancer. Selain bisa menguji kemampuan menulismu, kamu juga bisa membuat dirimu lebih disiplin dalam menulis. Bonusnya ya dapat pemasukan tambahan, lumayanlah untuk sekadar beli paket internet. Toh yang bernilai besar itu bukan materi yang didapat, tapi pengalaman yang kamu kumpulkan itu. Selain itu, kegiatan menulis bisa dikategorikan sebagai “ilmu yang bermanfaat”, selama orang lain bisa mengambil manfaat dari tulisan yang kamu tulis selama itu kamu akan mendapatkan pahalanya.
Jadi, apakah kamu tertarik untuk menjadi penulis lepas? Mari budayakan menulis dari kini.
Ya betul banget proses menulis itu gak semudah makan di restoran tinggal pesen makanan datang dan makan selesai. Tapi ada berbagai macam seperti banyak membaca, banyak berlatih menulis yg tentunya sesuai dg kriteria media yg menginginkan tulisan kita.
Saya dulu juga cuma nulis fiksi melulu tp pada akhirnya jd bosen bahkan gak terarah hanya gara2 males membaca karya fiksi orang lain.
Mampir ke blog saya juga ya di catatanyuki.blogspot.com
— mengkambing hitamkan kesibukan untuk menghalangi anda dari menulis adalah suatu hal yang konyol. Saya teringat nasehat-nasehat teman-teman "berilah amanah kepada orang sibuk", korelasinya adalah "semakin sibuk seseorang maka semakin piawai dia mengelola waktu". Kesudahannya saya mengambil kesempatan itu dan deal dengan permintaan 10 artikel selama 10 hari. —
saya senang dengan kalimat ini Om, ini terjadi pada saya sekarang, saya ditawari seseorang untuk menulis artikel pada suatu grup media sosial. Tapi saya nya msh agak ragu. maklum lah ini tawaran pertama saya.
Nah kiat kiat apalagi dari Om seperti kami ini agar keraguan ini hilang yaa?
Kesempatan yang bagus itu Om, ambil saja, Om Som bisa mulai menulis satu artikel contoh, nanti kirimkan dan minta pendapat yang memberi tawaran. Karena bagaimanapun kita menulis, kalau yang kasih job tidak sreg, mau tidak mau harus kita edit lagi. Sebagai pekerja lepas, mau tidak mau, kita harus mendengarkan permintaan klien.
Ragu itu wajar sih, tapi menurut saya, agar kita berkembang, kita mesti berani mencoba hal yang baru meski harus berhadapan dengan resiko 🙂
pengen saya jadi penulis cerita fiksi,tp saya orgnya moody,gmn y bang? klo dah ada ide,trs buntu,yg males lah,capeklah cos dah seharian krj,so jd gak fokus
Kalau untuk permasalahan macam itu, kak ida harus bikin kerangka tulisannya dulu. Setelah itu baru menulis sesuai kerangkanya. Jadi kita udah tau kayak mana tulisannya dimulai dan berakhir, tinggal meramu paragraf2 nya saja 😀
Mesti diilangin sifat moodynya, kalau mau jadi penulis harus siap dengan segala kondisi. Cara belajar paling gampang dengan menulis ulang tulisan orang yang sudah kita baca. Semangat kak! 😀
Menulis ulang dengan menyadur itu agak-agak mirip. Tapi menyadur lebih spesifik. Dalam menyadur kita menulis ulang secara bebas namun tidak merusak garis besar tulisannya. Biasanya yang disadur itu tulisan dalam bahasa asing ke bahasa Indonesia. Kalau menyalin ulang itu lebih umum. Kira-kira gitu om 🙂
Ya betul banget proses menulis itu gak semudah makan di restoran tinggal pesen makanan datang dan makan selesai. Tapi ada berbagai macam seperti banyak membaca, banyak berlatih menulis yg tentunya sesuai dg kriteria media yg menginginkan tulisan kita.
Saya dulu juga cuma nulis fiksi melulu tp pada akhirnya jd bosen bahkan gak terarah hanya gara2 males membaca karya fiksi orang lain.
Mampir ke blog saya juga ya di catatanyuki.blogspot.com
Keren.
Saya juga ingin sekali jadi penulis lepas. Tapi belum kesampean sampe sekarang…
dulu waktu nulis fiksi saya baca cerpen kadang 5 judul (atau lebih) dalam sehari, menulis dan memcaba itu memang erat hubungannya, Mbak 🙂
Ayo latih lagi kemampuan menulisnya, Mas 🙂
sangat menginspirasi artikelnya buat saya dan menambah semangat.
gan kunjungi blog saya kikaalbon mwb saya butuh penilaian tulisan
Wah, sama kita. Dari fiksi lalu dipaksa menulis nonfiksi ^_^
— mengkambing hitamkan kesibukan untuk menghalangi anda dari menulis adalah suatu hal yang konyol. Saya teringat nasehat-nasehat teman-teman "berilah amanah kepada orang sibuk", korelasinya adalah "semakin sibuk seseorang maka semakin piawai dia mengelola waktu". Kesudahannya saya mengambil kesempatan itu dan deal dengan permintaan 10 artikel selama 10 hari. —
saya senang dengan kalimat ini Om,
ini terjadi pada saya sekarang, saya ditawari seseorang untuk menulis artikel pada suatu grup media sosial. Tapi saya nya msh agak ragu. maklum lah ini tawaran pertama saya.
Nah kiat kiat apalagi dari Om seperti kami ini agar keraguan ini hilang yaa?
Kesempatan yang bagus itu Om, ambil saja, Om Som bisa mulai menulis satu artikel contoh, nanti kirimkan dan minta pendapat yang memberi tawaran. Karena bagaimanapun kita menulis, kalau yang kasih job tidak sreg, mau tidak mau harus kita edit lagi. Sebagai pekerja lepas, mau tidak mau, kita harus mendengarkan permintaan klien.
Ragu itu wajar sih, tapi menurut saya, agar kita berkembang, kita mesti berani mencoba hal yang baru meski harus berhadapan dengan resiko 🙂
saya selalu kehabisan ide klo menulis hehehe,klo dah ditengah jalan jd blank,gmn y bang ngatasinnya
pengen bgt jd penulis pdhal,hahaha
pengen saya jadi penulis cerita fiksi,tp saya orgnya moody,gmn y bang?
klo dah ada ide,trs buntu,yg males lah,capeklah cos dah seharian krj,so jd gak fokus
bener Om, mesti dicoba dulu. itu kata kuncinya
Memang permintaan klien skrg ini agak cepat deadline nya. 😀
thanks saranya Om fadli
Siip om, sama-sama 😀
Kalau untuk permasalahan macam itu, kak ida harus bikin kerangka tulisannya dulu. Setelah itu baru menulis sesuai kerangkanya. Jadi kita udah tau kayak mana tulisannya dimulai dan berakhir, tinggal meramu paragraf2 nya saja 😀
Mesti diilangin sifat moodynya, kalau mau jadi penulis harus siap dengan segala kondisi. Cara belajar paling gampang dengan menulis ulang tulisan orang yang sudah kita baca. Semangat kak! 😀
kalau menulis ulang tulisan orang bahkan menulis ulang berbagai artikel di internet ini pernah saya dengar namanya menyadur. bener gak om?
Menulis ulang dengan menyadur itu agak-agak mirip. Tapi menyadur lebih spesifik. Dalam menyadur kita menulis ulang secara bebas namun tidak merusak garis besar tulisannya. Biasanya yang disadur itu tulisan dalam bahasa asing ke bahasa Indonesia. Kalau menyalin ulang itu lebih umum. Kira-kira gitu om 🙂
siap jelas om. makasih pemaparanya om 🙂
Wah, menarik dan menginspirasi.