Gambar Jernih Hingga Bisa Beri Rating, Ini Manfaat Migrasi TV Digital untuk Masyarakat
Sebagai anak yang tinggal beda kota dengan orang tua, saya hanya bisa pulang sesekali. Di kesempatan pulang kampung yang jarang itu, saya selalu berusaha menyempatkan diri bercerita dengan orang tua, khususnya ibu. Hal menariknya adalah kami bercerita sambil menonton televisi di malam hari.
“Itu penjahatnya, Ma?” tanya saya, saat kami menonton sinetron laga, beliau menjawabnya dengan antusias. Awalnya kami memang bercerita tentang sinetron itu, setelahnya bisa ke mana-mana. Mulai dari jodoh buat adik saya hingga hal-hal yang layak beliau diskusikan dengan anak sulungnya.
Obrolan kami menghangat meski ditemani siaran TV analog yang gambarnya seringkali bergelombang, laksana riak dan ombak di pantai yang tidak jauh dari rumah kami.
Aih, sepertinya kami memang harus migrasi ke siaran TV digital.
Gambar Lebih Jernih dengan Migrasi ke TV Digital
Nyatanya, sinetron laga adalah tipikal konten yang menarik untuk dinikmati oleh berbagai pihak. Tidak hanya bersahabat bagi ibu-ibu, sinetron laga kolosal juga digemari bapak-bapak. Buktinya, saya juga gemar menemani ibu menonton. Meskipun bagian yang saya suka lebih pada bagian berkelahi dengan efek-efek suaranya itu.
Tapi sayang, kualitas gambar yang buruk membuat kami tidak bisa menikmati tayangan itu dengan maksimal. Rumah kami berada di kabupaten, kami bahkan butuh memutar-mutar antena agar satu kanal menjadi bagus. Mirisnya, saat kanal itu bagus, kanal lainnya jadi buruk.
“Kok bisa begitu ya?” mungkin begitu pikir Anda.
Hal di atas sangat mungkin terjadi karena kekuatan sinyal pada siaran TV analog sangat mempengaruhi kualitas gambar. Semakin jauh lokasi TV dari stasiun pemancar, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk, entah itu bersemut, bergelombang, atau berbayang.
Beda hal kalau TV yang kita gunakan sudah mendukung transmisi sinyal digital. Gambar dan suara akan tetap jernih selama sinyal masih bisa ditangkap atau diterima.
Tidak peduli di manapun lokasi kita, siaran hanya akan hilang jika sinyal tidak dapat diterima sama sekali. Dengan TV digital, pastinya kita bisa menikmati acara TV favorit dengan lebih leluasa dan tanpa cela.
Kabar baiknya bukan hanya itu saja, dengan bantuan TV digital, penonton juga bisa melakukan “sesuatu” pada program atau konten TV yang tidak mereka sukai dan tidak sukai lho.
Beri Penilaian Program dengan Electronic Program Guide
Saya berani bilang bahwa TV digital adalah masa depan pertelevisian Indonesia. Bukan semata karena pemerintah—melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)—menggalakkan program Analog Switch Off (ASO) atau penghentian siaran analog, melainkan karena TV digital menjanjikan manfaat luar biasa bagi masyarakat.
Selain gambar yang jernih, TV digital juga memiliki fitur Electronic Program Guide (EPG). Berkat EPG, pengguna dapat melihat jadwal program dari berbagai kanal siaran TV. Informasi yang diberikan bisa mendetail hingga ke judul, kanal, atau genre lho. Fitur tersebut sangat membantu untuk merencanakan kegiatan menonton, terutama bagi kita yang sibuk.
Lebih jauh, Këpuska dan Alfathe (2015) bahkan menyebut fasilitas EPG dapat digunakan sebagai modal dalam pengaplikasian Parental Control pada siaran TV. Selain itu, penonton juga dapat mengirimkan umpan balik berupa penilaian baik atau buruk pada konten atau program tertentu. Tentu saja itu mampu meningkatkan kualitas konten TV Indonesia di masa yang akan datang, bukan?
Sekarang, jadi masuk akal kenapa pemerintah semangat sekali menghimbau masyarakat untuk segera migrasi ke TV digital.
Pemerintah Himbau Masyarakat untuk Migrasi ke TV Digital
Jika boleh menebak, tulisan ini agaknya bukan informasi pertama tentang migrasi ke TV digital yang pernah Anda baca, bukan? Sosialisasi program migrasi siaran TV dari analog ke digital nyatanya sudah sering disiarkan oleh pemerintah maupun swasta. Namun pertanyaannya, kenapa ini penting? Lebih lanjut lagi, kenapa terkesan tiba-tiba atau mendadak?
Sebenarnya tidak mendadak juga, melalui Peraturan Menteri Kominfo No. 05 tahun 2012, pemerintah mulai mengadopsi standar penyiaran televisi digital terestial Digital Video Broadcasting – Terrestial secon generation (DVB-T2).
Pengadopsian itu tentu sudah melalui kajian dan konsultasi publik yang matang. Apalagi sudah berselang 9 tahun hingga sekarang. Saat dinilai semuanya telah siap, program Analog Switch Off 2022 pun diumumkan.
Melansir Kompas.com, tahap 1 ASO awalnya direncanakan pada 17 Agustus 2021 lalu, namun akhirnya diundur ke sekitar April 2022. Jadi, masyarakat bisa punya waktu untuk beralih secara mandiri. Namun bagi keluarga yang kurang mampu, pemerintah menyediakan 6,8 juta Set Top Box (STB) gratis. Dengan STB, masyarakat tidak harus mengganti TV analog mereka menjadi TV digital.
TV Digital Hadirkan Hiburan Berkualitas Bagi Masyarakat
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya merasa sangat bangga lho. Bangsa ini adalah bangsa yang besar dengan masyarakat yang majemuk. Ada yang sehari-hari bekerja sebagai petani, pedagang, pengajar, eksekutif, dan berbagai profesi lainnya.
Meskipun kita semua berbeda, tapi kita punya satu kesamaan. Kesamaan itu adalah kita butuh waktu bersama dengan keluarga di rumah yang mana kerap terlaksana di ruang yang memiliki TV. Ah, saya kira hampir semua ruang keluarga ada TV-nya, betul tidak?
Selama beberapa dekade, TV menjadi teman berhibur keluarga di Indonesia. Tradisi ini tentu saja harus didukung dengan peningkatan teknologi siaran TV agar masyarakat dapat menikmati hiburan bermanfaat. Dengan demikian, program ASO dan migrasi ke TV digital layak untuk kita, masyarakat, apresiasi karena adalah jalan peningkatan itu.
Tidak hanya dapat menghadirkan gambar dan suara yang jernih serta fitur EPG, TV digital juga mampu mendorong keberagaman konten penyiaran, kompetisi lembaga penyiaran televisi jadi lebih adil, hingga membuka peluang penambahan kanal siaran dan sebagainya. Dengan TV digital, lebih banyak masyakarat yang dapat membuat konten penyiaran yang kreatif dan edukatif.
Terakhir, untuk kita sama-sama ketahui, TV digital tidak membutuhkan internet. Antena UHF masih bisa dipakai. Yang berbeda hanya sinyal yang diterima adalah sinyal digital.
Dengan demikian, TV digital tidak perlu berlangganan namun memberikan beragam manfaat pada masyarakat. Keren tidak tuh? Maka dari itu, yuk migrasi ke TV digital.[]
Referensi:
- Këpuska, V Z dan Alfathe, M. (2015). Improving STB devices’ Parental control. Journal of Engineering Research and Applications, 5(4), 1-4.
- Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2013). Tentang TV Digital. Diakses pada 19 Agustus 2021, tersedia di https://kominfo.go.id/content/detail/756/tentang-tv-digital/0/tv_digital
- Aida, Nur Rohmi. (2021). Penghentian Siaran TV Analog Diundur, Akan Dimulai April 2022. Diakses pada 19 Agustus 2021, tersedia di https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/10/191500765/penghentian-siaran-tv-analog-diundur-akan-dimulai-april-2022
- Widya dan Fajar. (2021). Set Top Box Gratis Untuk 6,8 Juta Keluarga Miskin, Ini Kriteria Penerima dan Jumlahnya. Diakses pada 19 Agustus 2021, tersedia di https://www.tribunnews.com/nasional/2021/07/26/set-top-box-gratis-untuk-68-juta-keluarga-miskin-ini-kriteria-penerima-dan-jumlahnya