Saatnya Bijak Kelola Sampah, Sebelum Kehidupan di Bumi Terlanjur Punah

by | Mar 30, 2021 | Featured

Pernah di suatu ketika, saya berandai-andai. “Andai dinosaurus masih ada di bumi ini” pikir saya sebab takjub, tapi tentu saja itu tidak mungkin. Seiring perputaran bumi, masa bergulir, alam pun melakukan berbagai penyesuaian. Para saintis yang mengisahkan penghuni Zaman Jurassic itu pun menutupnya dengan teori kehancuran dinosaurus akibat hujan asteroid. Alhasil, dinosaurus tinggal sejarah.

Cuma, ada satu yang menarik. Jika dulu makhluk hidup punah karena fenomena alam, sekarang malah sebaliknya: alam terancam punah karena fenomena atau ulah makhluk hidup. Ada banyak sih penyebabnya, salah satunya adalah karena sampah yang terus melimpah.

Kepunahan Makhluk Bumi Akibat Sampah Bukan Omong Kosong

Ketika dinosaurus menghilang, tampuk puncak klasemen makhluk hidup terbesar di bumi dipegang oleh paus biru. Mamalia laut ini bisa tumbuh hingga 33 meter dengan massa mencapai 181 ton atau lebih. Tapi sayang, paus biru memiliki status konservasi “endangered” atau terancam.
Sebagai informasi, seekor paus biru bisa memakan 2-4 ton krill—sejenis krustasea—per hari. Namun sayangnya populasi krill terus menurun karena perubahan iklim. Tidak hanya itu, kepingan-kepingan kecil plastik juga ikut termakan karena melewati saringan (baleen plates) di mulut paus biru. Menumpuk dan dapat meracuni paus biru, alhasil mereka bisa berumur lebih pendek.

Agaknya kita sudah tahu dari mana sampah plastik itu berasal, bukan? Yap, dari buruknya pengelolaan sampah kita.

Mirisnya lagi, sebuah studi bertajuk “Plastic waste inputs from land into the ocean” tahun 2015 lalu menyebutkan bahwa Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua dengan total sampah 187,2 juta ton.

“Ah, itu bukanlah sebuah masalah yang besar” pikir sebagian orang. Aih, mereka hanya tak tahu bahwa mikroplastik yang mencemari ikan-ikan di lautan juga memberi dampak pada makhluk hidup lainnya, tidak terkecuali manusia.

Ikan yang telah tercemar akhirnya kita jadikan santapan. Itu berarti sampah plastik tadi kembali ke diri kita. Tubuh kita. Mengalir di darah kita. Bermuara ke jantung dan menyebar lagi ke sekujur tubuh kita. Menjadi racun dan penyebab penyakit.

Apa ujungnya? Tingkat kesehatan manusia menurun yang akhirnya menurunkan angka harapan hidup. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tak mungkin manusia akan menjadi lemah dan perlahan punah.

“Hii, kok seram?” pikir Anda. Hei, itu adalah ancaman yang nyata, manusia telah memulai sendiri awal kepunahannya. Karenanya, sebelum semuanya memburuk, kita harus melakukan sesuatu. Mulai dari hal yang sederhana: mengelola sampah pribadi kita.

Cara Mudah dan Bijak Mengelola Sampah Pribadi

Ketidakbijakan kita mengelola sampah nyatanya bukan hanya soal pembuangan sampah ke aliran air yang bermuara ke laut saja. Pembakaran sampah hingga pembuangan dan pembiaran di tempat yang tidak tepat juga membawa bencana lain, seperti pemanasan global akibat gas rumah kaca (GRK), zat beracun dioksin hingga menjadi tempat berkembang biaknya sumber penyakit.

Semua masalah itu sebenarnya bisa ditangani asalkan kita bijak mengelola sampah mulai dari diri sendiri—tanpa menunggu orang lain. Alasannya sederhana, yaitu “sampahku adalah tanggung jawabku”.

Lantas, bagaimana cara mudah dan bijak mengelola sampah sendiri? Beberapa langkah di bawah bisa Anda coba lho.

Bekali diri dengan ilmu tentang sampah terlebih dahulu

Kata orang bijak: ilmu sebelum amal, maksudnya cari ilmunya dulu sebelum berbuat. Mengelola sampah dengan baik juga seperti itu. Apalagi dengan adanya internet, pencarian informasi dan ilmu saat ini bukanlah hal yang sulit.

Cukup dengan gawai, kita bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Tidak hanya mencari di laman website, mengikuti seminar atau menonton video dan podcast edukasi juga layak jadi pilihan. Salah satunya adalah video dari Waste4Change di bawah ini.

Pilahlah sampah sesuai jenisnya

Setelah mendapatkan ilmunya, selanjutnya tentu saja beraksi atau beramal. Pilahlah sampah pribadi kita sesuai dengan jenisnya. Pilah-memilahnya tidak cukup menjadi organik dan anorganik saja, tapi juga memilah dengan lebih spesifik, seperti B3 (bahan beracun dan berbahaya), sampah residu, dan lainnya. Pasalnya beda jenis sampah, beda cara penanganannya.

Terapkan konsep 3R

Sebelum atau setelah sampah terpilah, kita juga bisa menerapkan konsep 3R yaitu reuse (gunakan kembali), reduce (kurangi), dan recycle (daur ulang). Gunakan kembali sampah seperti wadah plastik dan sebagainya, kurangi kebutuhan bahan tertentu, serta daur ulang yang memungkinkan. Sampah organik bisa dijadikan kompos, sedang sampah anorganik sebaiknya disetor pada pihak yang bisa mendaur ulangnya.

Sebagai contoh, ada program Recycle with Us dari Waste4Change. Perusahaan Waste Management Indonesia ini bersedia mendaur ulangkan sampah anorganik Anda. Caranya juga mudah, bisa dengan sistem “Send Your Waste” ke lokasi yang ditentukan atau “Drop Your Waste” di titik-titik dropbox Waste4Change. FYI, sampai saat ini sudah ribuan orang yang mengikuti program tersebut dan puluhan ribu kilogram sampah berhasil didaur ulang lho.

Setor sampah terpilah pada pengelola sampah

Setelah memilah sampah serta menerapkan konsep 3R, sampah terpilah bisa disetorkan. Baik menyetor sendiri ke pengelola yang berada di sekitaran, atau berlangganan layanan jemput sampah ke lokasi Anda. Jika berdomisili di sekitar Jakarta, Anda bisa mengikuti layanan Personal Waste Management dari Waste4Change. Mitra angkut akan mendatangi lokasi Anda dan mengangkut sampah 1 hingga 2 minggu sekali.

Ajak orang lain melakukan hal yang sama

Setelah melakukan semua langkah sebelumnya, selamat Anda telah menjadi pribadi yang bijak dalam mengelola sampah. Namun agar permasalahan sampah cepat teratasi, harus lebih banyak orang yang berpatisipasi. Oleh karena itu, ada baiknya jika Anda mengajak orang lain juga. Mulai dari yang terdekat seperti keluarga hingga tetangga dan sebagainya. Ilmu dan amalan baik tentu akan lebih baik jika dilakukan banyak orang, bukan?

Yuk Jadi Penyelamat Bumi dengan Bijak Mengelola Sampah

Kembali pada cerita dinosaurus tadi, punahnya dinosaurus sebenarnya punya sisi positif, yaitu bumi menjadi tempat yang layak ditinggali manusia. Ketika sebagian makhluk hidup punah, manusia agaknya masih bisa bertahan dengan menggunakan akalnya. Tapi bagaimana jika manusia itu sendiri yang punah? Itu barangkali akhir dari kehidupan bumi.

Saya ataupun Anda tentu tidak ingin itu terjadi, bukan?

Oleh karenanya, sebagai makhluk yang ditakdirkan menjaga bumi, kita perlu sadar dan berbuat sesuatu. Mengelola sampah dengan baik adalah satu dari banyak cara menyelamatkan bumi dari kerusakan dan kepunahan. Akhirnya, yuk jadi penyelamat bumi dengan bijak mengelola sampah kita.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021. Nama penulis: Fadli Hafizulhaq
error: Konten dilindungi