Saya pribadi tak sekali-dua kali terjebak dalam dilema, antara harus mengatakan hal yang sebenarnya tapi sulit, atau justru berkilah untuk mengambil jalan nyaman. Salah satu contohnya, ketika saya mendapatkan tawaran pekerjaan tapi memaksa saya “harus berbohong”, akhirnya ditolak saja. Sayang sih, tapi bagaimana lah. Akhirnya saya memutuskan untuk menuliskan ini, terlebih setelah membaca tulisan Mbak Sis Citra yang sempat menyinggung honest review di artikel traveling beliau.

Omong-omong, sebenarnya seberapa penting sih bersikap jujur itu?

Ini pertanyaan yang menarik, dan tentu saja saya harus menjawab dengan sebaik mungkin–tepatnya seterus terang mungkin. Bersikap dan berkata jujur itu sangat penting, agar kita tidak tergolong orang yang munafik.

Jujurlah meskipun pahit

Kamu mungkin sudah tidak asing dengan kalimat satu ini: berkatalah jujur meskipun itu pahit. Ya, seringkali memang jujur itu pahit. Terlebih jika sikap jujur kita harus berkenaan dengan orang lain. Terlebih lagi jika kita adalah salah satu orang dari golongan orang baperan. Mau jujur takut nyakitin orang, tapi kalau gak jujur malah nyakitin diri sendiri. Jadi seperti simalakama.

Tapi,… orang yang mampu tegas dengan dirinya tentu akan memilih untuk bersikap jujur apapun tantangannya. Lebih lanjut, ketegasan diri untuk bersikap jujur itu akan memberikan manfaat yang tidak terkira bagi diri kita lho. Sebab sikap jujur ternyata memiliki beberapa manfaat.

Manfaat dari jujur

Saya rasa tak ada sikap positif yang tidak memiliki manfaat, termasuk sikap jujur itu. Ada segudang manfaat dari jujur yang akan saya coba bahas beberapa saja di antaranya. “Kok gak semuanya?” Ya, biar proporsional karena pembahasan artikel ini bukan soal manfaat dari jujur saja, bukan?

Tapi tenang saja, ketika kita sudah terbiasa bersikap jujur, kita akan tahu sendiri kok apa saja manfaat dari jujur tersebut. Berikut beberapa di antaranya.

Memudahkan kita mendapatkan kepercayaan orang lain

Salah satu manfaat jujur yang akan sangat terasa bagi diri kita adalah mudahnya orang lain untuk percaya kepada kita. Orang yang jujur tentu memiliki daya tarik tersendiri. Ia akan menonjol dalam pergaulan dan memiliki kapabilitas untuk diberi kepercayaan.

Membuat hidup lebih damai dan bahagia

Orang yang sudah terbiasa jujur akan lebih damai, tenang dan bahagia hidupnya. Hal itu dikarenakan karena ia tidak memiliki sesuatu untuk disembunyikan. Ia juga tidak akan merasa bersalah atas kebohongan yang disampaikan kepada orang lain–karena memang ia tidak biasa berbohong. Namun tentu ada konsekuensi, ketika orang jujur berbohong untuk pertama kali–sesekali dalam kehidupannya–ia akan terus mengingat itu dan menyesalinya.

Dan satu kebohongan selalu mengajak serta kebohongan lainnya, bukan?

Membuat kita lebih percaya diri

Orang yang mampu bersikap jujur juga akan lebih percaya diri dalam kesehariannya. Itu karena tidak ada hal yang perlu ia sembunyikan dan takut untuk diketahui orang lain. Orang yang jujur juga tidak perlu berbohong untuk mendapatkan hal yang ia inginkan, sehingga ia bisa melakukan sesuatu dengan sikap yang positif dan percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki.

Terhindar dari tuduhan

Sikap jujur juga akan membuat kita terhindar dari beberapa tuduhan–kecuali jika memang orang yang menuduh sudah terlanjur benci. Sikap jujur dalam diri seseorang juga akan menjaganya dari hal-hal yang tidak mau, seperti menyebarkan rahasia orang lain, bergosip hingga melakukan fitnah yang keji.

Disenangi orang lain dan memiliki banyak teman

Saya pribadi senang berteman dengan orang yang mampu memelihara sikap jujur di dalam dirinya, meski terkadang itu juga ada pahit-pahitnya. Sebagai contoh, ketika saya meminjam sepeda motornya, ia memang tidak keberatan tapi bilang “isikan lagi nanti bensin nya ya!”.

Bagi orang yang baper macam saya, perkataan seperti itu akan masuk ke dalam hati. Namun itu lebih baik, daripada si teman diam-diam saja, kemudian menggerutui bensin motornya yang habis setelah saya pinjam. Mungkin itu salah satu aplikasi dari “jujurlah meski itu pahit” tadi kali ya.

Cara Belajar Menjadi Orang Jujur

Setelah semua yang kamu baca di atas, mungkin saja muncul sebuah pertanyaan di benakmu, tentang bagaimana cara memulai untuk menjadi orang jujur itu. Pun jika kamu tak bertanya, saya juga akan tetap menuliskannya, hehe

Menjadi jujur bisa dilakukan dengan berbagai cara, tapi saya tergerak untuk menuliskan sekian cara di bawah ini, karena bagi saya isu ini sangat seksi.

Bilang masih di rumah jika belum OTW

Seringkali ketika teman atau kolega bertanya kita sudah di mana, kita jawabnya sudah OTW (on the way) atau di jalan, padahal kita masih di rumah–atau bahkan masih menempel di kasur. Kasus ini adalah kasus yang umum banget terjadi, terutama di masyarakat negara +62 (sampai banyak konten meme–dibaca “mim”–untuk topik ini).

Belajar menjadi orang jujur bisa dimulai dengan mengatakan apa adanya, meskipun itu akan membuat kita malu atau kena marah, paling tidak itu bisa menjadi pelajaran agar kita bisa lebih tegas dan jujur pada diri sendiri.

Jangan memuji jika hanya basa-basi

Ketika seseorang meminta pendapat kita mengenai suatu hal, kita yang terkadang malas untuk mengomentari akhirnya memilih untuk memuji. Entah itu dengan kata bagus, keren, cantik dan sebagainya. Penyebab lain selain “malas” adalah karena basa-basi semata–apalagi demi menjaga citra.

Kalau saya pribadi sih lebih senang dikritik daripada dipuji tapi basa-basi. Mungkin akan sulit jika harus mengkritik orang yang baru kita kenal atau tidak begitu dekat, tapi paling tidak, sebaiknya berdalih dari pada harus memuji tapi hanya basa-basi semata.

Jangan bawa nama Tuhan jika akhirnya ingkar janji

“Besok bisa datang kan, Bro?” tanya seorang teman, kemudian yang ditanya bilang “Insyaa Allah”, tapi akhirnya besoknya ia gak datang.

Saya pernah ditanyai sama seseorang “Ini insyaa Allah berat ke iya atau berat ke tidak?”, memang di pergaulan berjanji dengan nama Allah begini dikira mencari jawaban aman daripada mengatakan “tidak”. Padahal jika kalimat itu digunakan, itu adalah pernyataan yang harusnya berat ke “IYA”.

Ketika memang kita pengen menjadi orang yang jujur, belajarlah untuk mengatakan “tidak” jika memang tidak bisa. Jangan mengiyakan apalagi membawa nama Tuhan jika pada akhirnya malah mengingkarinya.

Pada kesudahannya, belajar jujur memang bukanlah perkara yang mudah. Itu berat pakai “banget”. Tapi kita bisa kok mulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Salah satu contohnya adalah menasehati orang lain untuk berbuat jujur. Lho kok gitu? Iya, karena yang paling bertanggung jawab untuk menjadi jujur adalah orang yang memberi nasehat itu. Artinya, semua kata yang telah kamu baca sampai ke kalimat ini adalah tanggung jawab saya untuk melakukannya daripada para pembaca. Ini adalah nasehat untuk diri saya sendiri. Semoga saya dan kamu diberikan oleh-Nya kekuatan untuk menjadi seorang pribadi yang lebih baik lagi.[]

error: Konten dilindungi