Sepintas judul tulisan saya di atas, barangkali, terkesan frontal, gara-gara kata ‘dosa’ itu lho. Tapi bagaimanapun kenyataan ini harus disampaikan apa adanya. Sengaja dipilih diksi ‘dosa’ agar penekanannya lebih kentara. Agar teman-teman pelajar atau mahasiswa tahu bahwa hal-hal yang saya tulis terkait inilah dosa yang sering dilakukan pelajar ini benar-benar patut untuk kita hindari. Tentu saja demi masa depan yang lebih baik, di dunia ataupun di akhirat kelak. Yuk, simak.

blog.lendingtree.com

1. Sensitif dengan buku
Kebanyakan pelajar atau mahasiswa sangat sensitif dengan buku teks pelajaran. Hal ini memang bukan tanpa alasan; buku yang setebal bantal, bahasa buku yang njelimet, isinya hanya teks yang berderet, kurang banyak gambarnya dan alasan-alasan lainnya. Namun bagaimanapun juga, sebuah peribahasa mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Jika perumpamaan itu terlalu luas, anggap saja buku adalah kebun belakang rumah yang sudah ditanami berbagai sayuran dan buah-buahan. Kamu dapat memetik sayuran dan buah-buahan itu, pun jika kamu tidak begitu suka mengonsumsi sayur kenyataannya sayur sangat baik untuk pencernaan dan kesehatan. Bagaimanapun kunyah sayurmu! Dengan kata lain, baca buku teks-mu, percuma dibeli atau difotokopi cuma untuk dianggurin begitu saja.

2. Membenci hari Senin
Banyak sekali meme yang beredar soal ketidaksukaan pelajar dengan hari Senin. Maunya hari Minggu terus. Andaikan hari Minggu lebih dari 24 jam. Please, Sob, jangan lari dari kenyataan. Mau bagaimanapun  Senin akan datang juga, maka daripada mengutuki si Senin lebih baik ajak bercengkrama dan berteman baik dengannya. Lagipula, sudah tuntutan profesi kita sebagai pelajar untuk kembali ‘dinas’ ketika hari Senin datang.

3. Menunda pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah diberikan 1 minggu yang lalu, tapi kebanyakan pelajar mengerjakannya pada H-1. Jujur, untuk yang satu itu saya pun sering melakukannya (jadi semoga karena sudah menulis ini saya bisa berubah). Masih syukur kalau jumlah soal PR-nya sedikit dan mudah. Bayangkan kalau soalnya seabrek dan susah-susah pula (seperti matematika aljabar atau akuntansi) habislah kita. Opsi terakhir, terpaksa, mencontek PR teman. Tapi, apa yang bisa kita dapatkan dari sebuah PR contekan? Toh, nyatanya PR diberikan agar kita berlatih di rumah dan terbiasa mengerjakan soal-soal. Hmm,…

4. Menyontek ketika ujian
Banyak sekali pelajar (saya yakin semua pelajar yang masih waras) membenci tindak korupsi. Lewat media sosial kita cuap-cuap, mengutuki, bapak/ibu pejabat sang koruptor tapi tanpa kita sadari kita juga kerap melakukan tindakan kotor itu. Menyontek saat ujian adalah bentuk dari korupsi. Udah tercela dapat dosa. Maka ketika ujian, lakukanlah persiapan yang matang dengan belajar sungguh-sungguh. Jadilah pelajar yang jujur, karena tujuan utama pendidikan itu bukan dapat nilai bagus tapi dapat menjadi pribadi yang berkarakter bagus, gitu lho.

5. Melakukan money laundry
Sering minta uang sama bapak dan/atau emak buat bayar ini dan itu, beli ini dan itu. Biaya inilah, biaya itulah. Kalau memang laporan itu benar adanya, ya tidak masalah. Tapi masalahnya kalau ada yang memanipulasi laporan dengan menggunakan uang tidak sesuai dengan alasan meminta itu sudah masuk ke tindak kriminal, kan? Jika sudah begitu, meskipun tidak ada aparat yang menghukum, malaikat sudah mencatat, maka sebaiknya si pelaku menghukum diri dia sendiri dan segera bertaubat. Tolong bayangin seberapa susah orang tua kita mencari uang (hingga meminjam ke sana-sini) demi memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.

6. Melakukan titip absen
Lebih baik terlambat dan kena marah daripada melakukan dosa yang satu ini. Dunia pendidikan kita tidak pernah sekalipun memasukkan materi “berbohong” pada kurikulum pendidikan. Hindarilah kebohongan-kebohongan ini demi kebaikan kamu sendiri. Jujurlah, meski jujur itu pahit. Jika batas absen sudah lewat kenapa tidak temui pengajar, meminta maaf serta meminta solusi bijak dari beliau, tentu saja dengan alasan yang nyata, bukan dibuat-buat.

7. Memberikan alasan palsu
Sering kali ketika absensi di bangku sekolah dulu, ada siswa yang tidak hadir karena izin ini dan itu. Alasan yang paling mainstream adalah sakit. Ada yang benar-benar sakit, ada yang cuma alasan saja. Ada pula cerita saat guru marah dan mendoakan semoga yang cuma alasan sakit jadi beneran sakit (duh pak/bukk). Ada pula guru yang marah bilang izin tidak diterima kalau tidak ada surat sakit (meskipun surat sakit sekarang juga bisa direkayasa). Intinya, jangan pernah memberikan alasan palsu, terlebih karena keteledoran kita sendiri. Ini penting untuk pembentukan karakter lho.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan terkait dosa yang sering dilakukan pelajar. Penulis bukanlah orang yang terlepas dari dosa-dosa di atas, tapi setidaknya ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua. Mohon maaf sekali kalau ada kata-kata yang kurang bisa diterima hati. Niat baik untuk saling menasehati. Jika tulisan ini bermanfaat jangan lupa dibagikan, mari berbagi manfaat dengan orang lain. Salam semangat.[]

error: Konten dilindungi