Bagi sebagian orang memikirkan hal-hal yang berbau politik itu buang-buang waktu. Maka muncul lah kalimat saya berhenti memikirkan politik. Tapi, ketika mereka memutuskan untuk melakukan itu, berarti mereka dengan terbuka menyatakan bahwa diri mereka siap ditipu.

Karena sesuatu sebaiknya dimulai dari yang kecil, pertama kali kita bahas dari pengertian. Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan makna dari kata politik sebagai berikut:
politik /po·li·tik/ n1 (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (spt tt sistem pemerintahan, dasar pemerintahan): bersekolah di akademi –; 2 segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dsb) mengenai pemerintahan negara atau thd negara lain: — dl dan luar negeri; kedua negara itu bekerja sama dl bidang — , ekonomi, dan kebudayaan; partai –; organisasi –;3 cara bertindak (dl menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan: — dagang; — bahasa nasional;
Pada kenyataannya politik mengalami penyempitan makna dan digiring untuk dekat kepada politik praktis. Jika kita bertanya pada orang banyak, apa yang mereka pikirkan tentang politik, maka kata-kata yang muncul kemudian bisa jadi: presiden, anggota dewan, korupsi, partai politik dan lainnya. Kemudian jika ditanya politikus maka ya, mereka-mereka itulah, yang duduk di pemerintahan. Ada yang bekerja baik menyejahterakan rakyat, ada pula yang macam serigala. Pun nyatanya kata politik cenderung dikonotasikan negatif.
Seorang bayi yang melihat ibunya hendak pergi sering menangis, semakin jauh ibunya dari pandangannya maka semakin keras pula tangisannya. Tak tega dengan itu, sang ibu kembali dan menenangkan anaknya hingga berusaha membuatnya terlelap. Saat itu sang bayi tengah berpolitik, mencegah ibunya untuk pergi dengan tangisannya. Kalau gitu, secara sederhana, politik bisa diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Anggapan bahwa memikirkan politik itu tugasnya anak sosial
Sampai saat sekarang masih banyak orang yang berpikir bahwa memikirkan politik itu adalah tugasnya anak sosial. Maka wajar kalau kemudian, di masa depan, anak non-sosial (disiplin ilmunya) kerap dikibuli. Saya berkuliah di fakultas teknik, saya orang eksakta. Setiap tahun di kampus kami ada pemilihan raya: BEM Universitas dan BEM Fakultas. Nah, setiap tahun itu pula tingkat partisipasi mahasiswa sangat minim.
Memikirkan politik itu memang sesuatu yang rumit
Saya rasa memang iya, jika dalam ilmu eksakta 1 ditambah 1 sama dengan jendela dua, maka di ilmu sosial bisa jadi kurang dikit atau lebih dikit. Tapi pendidikan politik itu sangat penting. Bahwasanya selain teknologi, perkembangan politik juga membawa perubahan pada peradaban. Albert Einstein menyesali dirinya yang menemukan teori relativitas, kalau-kalau di masa depan (teori) itu digunakan untuk kejahatan (bom atom, dan lainnya). Jika teknologi berada ditangan orang yang tidak baik maka hasilnya juga tidak baik. Termasuk segala sesuatu di dunia ini, politik pula.
Mengapa saya harus memikirkan politik
Jika dari uraian saya di atas belum cukup, di bawah akan saya jelaskan lebih banyak. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa kita harus memikirkan politik, yaitu:
Pertama, sadari bahwa politik adalah sarana untuk melakukan perubahan dan perbaikan dan juga perburukan.
Kedua, dengan memahami politik dan berkontribusi di dalamnya kita bisa memberikan kontrol pada pemerintah.
Ketiga, paham politik menjadikan kita warga negara yang cerdas dan pandai dalam menentukan sikap. Selain itu kita tidak mudah terprovokasi dengan isu yang ada.
Keempat, memahami politik adalah modal awal untuk menjadi pemimpin masa depan.
Harga cabe, beras dan apapun itu berfluktuasi sesuai dengan perkembangan politik setempat. Kalau saja terjadi penimbunan oleh oknum sehingga komoditas barang di pasar langka, pada suatu saat oknum tersebut membongkar timbunannya dengan harga jual yang lebih tinggi, itu politik juga bukan? Ah, meski sayapun sering bingung memikirkannya tapi saya tidak ingin menjadi objek tipuan. Semoga kamu juga.
error: Konten dilindungi